Spirit Conductor: Book 1, Chapter 11



Chapter 11 - Blackwood Menjadi Kacau

Besok paginya, kamp di padang pasir itu langsung menjadi ramai. Seratus petarung lebih yang datang dari sekolah dan kelompok lain saling bertanya-tanya dan menyebar rumor melihat wajah orang-orang Blackwood yang tiba-tiba menjadi buas. Untuk mereka yang menerima suap Blackwood sebelumnya hanya cengar-cengir melihat nasib Blackwood yang seperti ini.

Sekarang, dengan terbunuhnya orang-orang Blackwood di markas besar, muka Blackwood sudah dilempar ke kubangan lumpur. Dengan pedang terhunus di tangan, mereka berkeliling dari tenda ke tenda mencari Jhuro Yashura.

Tapi mereka tak bisa menemukan batang hidungnya. Bahkan jejaknya tiba-tiba menghilang begitu saja.

“Ozhimon, kami tau kamu menyembunyikan anak itu. Serahkan dia dan kami gak akan membuat masalah denganmu!”

Tiga petarung dengan wajah tampan dan perawakan elit berdiri di depan tenda kecil, berteriak gusar kepada seorang pria yang tengah duduk santai di mulut tenda.

“Anak siapa? Sejak kapan aku nyembunyiin anak orang?”

“Jangan pura-pura bodoh kamu Ozhimon! Kamu tau sekarang situasinya dengan Jhuro kayak bagaimana. Kalau kamu niat menghalangi kami mencari anak Yashura yang namanya Tharu itu, Hatim Malakas gak bakal bisa melindungimu dari pasukan Blackwood!”

“Hmm? Tharu Yashura? Dia murid sekolah Hatim Malakas yang datang kemari mencari pengalaman. Kalau aku memberikan kalian Tharu cuma-cuma, nanti orang bakal bilang aku instruktur Malakas yang gak becus.”

Salah seorang dari tiga petarung Blackwood itu mengeluarkan skill buff dari skill set Knight-nya.

“Iron Will!”

Ia mengangkat tinjunya ke udara, tubuhnya langsung mengeluarkan cahaya keemasan. Tepat pada saat itu juga, atribut defense-nya bertambah sebanyak 15%, serta strength dan endurance-nya pun bertambah 30% dari total atribut masing-masing. Skill ‘Iron Will’ petarung itu sudah mencapai level 5, karena itu kemampuannya tak bisa dianggap remeh walau pun ia baru naik tingkat ke tier-2 Knight beberapa bulan yang lalu.

Melihat petarung itu bersiap bertarung, Ozhi diam-diam meraba gagang pedang yang tertidur dalam sarung di pinggangnya.

“Delapan orang Blackwood dibunuh Jhuro tadi malam. Kami gak bisa membiarkan pembunuh berkeliaran di sini,” seru petarung yang mengeluarkan Knight itu meraung. “Kalau kamu mau perang, ayo kita perang!”

Melihat rekan di sebelahnya sudah termakan oleh emosinya, pria yang berdiri di tengah mengerutkan dahinya. Blackwood bersiap-siap dalam rencana mereka untuk membunuh Jhuro, namun si Jhuro sendiri sudah melawan dan menyebabkan masalah. Pria itu pernah mengingat ucapan Hale Blackwood dulu, tentang orang-orang yang berbahaya untuk diajak mencari masalah. Salah satunya adalah Jhuro, dan kemudian ada pula Ozhimon. Mereka berdua adalah petarung yang disegani dan selalu mendapatkan kejayaan di masa-masa muda mereka.

Petarung itu mengerti Blackwood berani menyentuh Jhuro karena ia hanya berasal dari keluarga di desa tingkat ke tiga. Akar yang menyokong keberadaannya tak cukup dalam untuk membuat Blackwood kecut. Jika Blackwood memiliki cara dari pintu belakang untuk berurusan dengan Jhuro Yashura, maka mereka tak akan ragu-ragu untuk menyingkirkannya.

Tapi berbeda jika kita berbicara tentang Ozhimon! Walau status sepuh Jhuro lebih tinggi ketimbang Ozhi yang hanya menjabat sebagai instruktur di sekolah Hatim Malakas, namun konon katanya ia memiliki hubungan darah dengan kepala sekolah Hatim Malakas. Biar pun Ozhi tiba-tiba tewas tersambar petir, seluruh sepuh Hatim Malakas akan dikerahkan untuk menyelidiki alasan mengapa petir itu jatuh di atas kepala Ozhi!

Mengingat hal tersebut, petarung Blackwood yang berdiri di tengah itu menarik bahu temannya ketika ia melangkah maju untuk mengintimidasi Ozhi.

“Instruktur Ozhimon, kami sedang mencari kriminal Jhuro Yashura. Dia membunuh orang-orang kami tanpa alasan. Walau pun dia adalah sepuh di sekolah Anda, dengan gak menyentuh semua orang yang berasal dari Hatim Malakas yang ada di kamp ini sudah bisa dibilang kami memberikan hormat kepada kepala sekolah Anda. Tapi kalau kami mendengar kalian menyembunyikan Jhuro, jangan pikir kami akan terus-menerus bersikap sopan!”

Ucapan petarung yang di tengah bisa dibilang diplomatik tapi nadanya masih terdengar tajam dan tak bersahaja. Ada ancaman yang tersirat di ucapannya tapi ia tak berani bersikap lebih dari itu.

Untuk mencari musuh baru ketika musuh lama masih berkeliaran, hanya orang bodoh yang bertindak demikian.

“Mm, mm,” Ozhi mengangguk mendengar orang itu. “Sejak kemarin aku gak melihat Jhuju. Dia gak balik ke tenda kami. Biarkan saja orang bodoh itu, nanti pas lapar juga dia pasti muncul!”

Setelah itu ketiga orang itu tak ingin berlama-lama berdiri di depan tenda orang Hatim Malakas. Mereka pergi sambil memamerkan pedang tajam dan hawa membunuh mereka.

“Paman Ozhi, terima kasih sudah menolongku.”

Seorang pemuda kemudian terlihat dari dalam tenda tersebut. Ia adalah Tharu Yashura.

“Menolong apaan. Aku dan Jhuju sudah mengemis ke kakek-kakek sialan itu untuk membawa kalian anak muda ikut kemari. Kalau kalian gak balik dengan nyawa kalian, kepalaku yang menjadi taruhannya!”

Tharu hanya bisa menggeleng-geleng dalam hati mendengar ocehan Ozhi. Paman-paman generasi ini semuanya santai betul. Pagi ini Ozhi masih sempat minum kopi dan duduk santai seperti pagi-pagi sebelumnya. Berita kalau sahabatnya sudah membunuh orang-orang Blackwood seperti tak pernah sampai ke telinganya.

Beberapa menit kemudian, sebuah sosok gadis langsing berkulit putih berjalan ke tenda itu. Ia membawa nampan dengan dua cangkir kosong dan teko yang mengeluarkan aroma teh dari dalamnya.

Gadis itu menaruh nampan yang ia bawa di depan Tharu, kemudian menuangkan teh ke cangkirnya. Tatapan Tharu menjadi lembut melihat gadis itu tersenyum malu di depannya.

“Uhuk, uhuk!”

Batuk Ozhi yang dibuat-buat mencegah suasana asmara muda-mudi itu menjadi lebih pekat lagi.

“Lihat, apa yang guru lakukan di sini?” tanya gadis itu dengan nada kesal.

“Aku sedang ngopi. Biasanya juga setiap pagi begini.”

“Paman Jhuro sedang dalam masalah. Dia membunuh orang-orang Blackwood semalam. Bahkan aku mendengar barusan Blackwood sudah berencana membunuhnya sejak beberapa hari yang lalu. Temannya sedang dalam situasi hidup dan mati, dan guru masih santai ngopi di sini?!”

“Dalam masalah? Hmph! Jhuju si kambing itu berani mati tanpa melunasi hutang dulu? Kalau dia betulan mati nanti aku akan menggali kuburannya untuk menagih hutang!”

“Guru!” gadis itu membentak mendengar ucapan Ozhi yang terlampau santai begitu di depan Tharu. Tapi pemuda itu sama sekali tak tersinggung, hanya tersenyum.

“Besshyta, bukannya Paman Ozhi gak mau membantu Paman Jhuro, tapi Paman Ozhi gak bisa. Apa Besshyta lupa, anak Paman Ozhi baru saja ulang tahun yang kedua baru-baru ini.”

“Aku mendengar petarung-petarung hebat yang selalu menjaga punggung teman mereka pas muda dulu. Ternyata itu cuma cerita saja.”

Gadis yang bernama Besshyta itu menggerutu sambil melototi gurunya, Ozhi, yang tengah menguap dan menggaruk-garuk perutnya. Sama sekali tak mengindahkan tatapan mengkritik muridnya.

“Keluarga Yashura kami sudah menjadi target keluarga bangsawan dari desa tingkat kedua,” kata Tharu dengan nada mengeluh. “Kalau Paman Ozhi ikut campur, maka sudah pasti Hatim Malakas juga ikut masuk ke dalam kubangan lumpur ini. Besshyta, aku mengerti kamu juga khawatir dengan kami, tapi kumohon jangan ikut campur. Di belakang Blackwood masih ada keluarga-keluarga kerajaan. Bahkan jika Blackwood dalam masalah besar, sang raja sendiri bakal ikut campur dalam masalah ini. Hanya dengan fondasi Hatim Malakas selama ratusan tahun saja gak bakal cukup membendung tekanan Blackwood!

“Karena itu, kami gak bisa membawa orang lain dalam masalah kami. Yang hanya kita bisa lakukan hanyalah mengikuti rencana Blackwood, jika semua ini berakhir mereka akan menggunakan pengaruh mereka untuk membuat kamp ini mengumumkan kalau Paman Jhuro tewas dalam misi. Dengan begitu, muka Hatim Malakas bisa terjaga jika kehilangan salah satu sepuh mereka, dan masalah bisa terhindari setelahnya.”

Mendengar penjelasan Tharu Yashura, Besshyta terdiam. Ia bisa melihat amarah dan tekad yang tersirat di balik pancaran mata pemuda yang ia sayangi itu. Ada pula kekhawatiran yang bisa terlihat dari garis wajahnya. Melihat ekspresi Tharu pun Besshyta hanya bisa mendesah dan ikut cemas dalam hatinya.

“Jangan terlalu dipikirkan,” lanjut Tharu. “Paman Jhuro bukan orang lemah. Di sisi lain Blackwood hanya kedengarannya kuat. Delapan orang hanya permulaan. Bahkan jika raja East Tiramikal Kingdom pun ikut turun tangan, mencabut nyawa Paman Jhuro gak bakal semudah yang mereka pikirkan!”

Besshyta mengangguk melihat Tharu yang tiba-tiba tubuhnya tersembur oleh percaya diri.

Melihat dua anak muda yang saling membagi khawatir di depannya, Ozhi berdecak.

“Darah muda, ah! Jadi iri.”

***

Setelah siang menjelang, keadaan belum juga lega. Blackwood sudah menyisir ratusan tenda, menyinggung banyak pihak hanya untuk mencari Jhuro Yashura. Mereka menyadari Jhuro sudah tak berada di kamp kelompok itu lagi, dan Blackwood mulai memecah bentuk regu-regu kecil untuk mencari keluar segala arah.

Saat ini, petarung berlevel rendah dan mereka yang tak memiliki status di kelompok tersebut sudah pada tahu alasan orang-orang Blackwood menjadi tegang. Kini, bahkan mereka yang tak terlalu mengenal Jhuro sebelumnya, mulai mengerti bahwa sepuh Hatim Malakas itu bukanlah orang biasa yang bisa dibully begitu saja.

Empat pria berseragam Blackwood berjalan menuju tenda kecil yang terbuat dari kain tebal yang sudah apek dan berdebu. Ketika mereka mendekat, seorang pria gempal gundul dan berwajah keras keluar dari mulut tenda.

Pria gundul itu berperawakan lebih besar dan gempal daripada Hale Blackwood. Ketika Hale memberi salam kepada pria itu, ia dibalas dengan seringai yang tak ramah.

“Heh, Berserker palsu, mau apa kamu datang kemari?” tanya pria itu dengan nada setengah mengejek. Pria gundul itu adalah salah satu empat petarung dari Fireaxe Giant Clan. Seorang Berserker level 51, tapi bukanlah yang terkuat dari keempat petarung tersebut.

Fireaxe Giant Clan adalah sebuah suku barbar di mana kekuatan dan keberingasan sangat dihargai dan dikejar-kejar. Karena itu, kelas Berserker bisa dibilang ciri khas mereka. Melihat seorang Berserker seperti Hale muncul dari keluarga bangsawan bermartabat yang selalu menjaga muka dan reputasi mereka, tentu hal tersebut membuat mereka tak senang.

“Urkdin, tentu Fireaxe Giant Clan kalian sudah mendengar kabar orang-orang Blackwood kami dibunuh oleh Jhuro Yashura, bukan?” ujar Hale Blackwood mengesampingkan ketidakramahan pria gundul tersebut.

“Kalian mau diam-diam membunuh Jhuro, terus dia tau dan melawan. Terus apa hubungannya dengan kami?”

Empat petarung dari Fireaxe Giant Clan tersebut sudah tahu agenda Blackwood selama beberapa hari ini. Mereka menerima uang titipan dari Blackwood untuk tak menghalangi urusan mereka, di saat yang bersamaan juga diminta untuk menutup mulut tentang hal ini. Namun mereka tak pernah janji uang tersebut dapat membeli mereka jika Blackwood terkena masalah. Bagaimana pun, suku barbar tersebut selalu dicaci dari belakang oleh bangsawan-bangsawan seperti Blackwood. Mereka memiliki dendam pribadi dan otomatis merasa puas jika kaum elit seperti Blackwood tersandung batu.

Hale Blackwood tak ingin bermuka dua berhadapan dengan orang barbar seperti pria bernama Urkdin ini. Ia pun sebenarnya tak ingin mengemis, tapi menurutnya, satu-satunya orang di pasukan Blackwood di sini yang mampu melawan Jhuro hanyalah ia seorang. Yang lain mampu menahannya bila berkumpul dan menekan pergerakannya. Tapi jika hanya satu atau dua orang yang berani berhadapan dengan Jhuro, mereka sudah dipastikan mati oleh racunnya.

Hale bukanlah seorang petarung amatir. Orang lain sudah mendengar reputasi racun dan kelas unik Jhuro Yashura tapi hanya beberapa orang seperti Hale yang mengerti betul keganasan pedang beracunnya.

Jadi bagaimana pun juga, ia harus mendapatkan bantuan untuk menekan Jhuro.

“Aku sudah mengira Jhuro bakal melawan seperti ini. Sekarang pasukan petarung Blackwood gak cukup untuk menghentikannya. Kalau Fireaxe Giant Clan mau membantu, Blackwood siap menyediakan ‘Abyssal Axe’ sebagai kompensasinya.”

‘Abyssal Axe’! Mendengar magic weapon tersebut, mata pria gundul tersebut bersinar-sinar oleh ketamakan. ‘Abyssal Axe’ adalah sebuah kapak yang ditempa oleh Blacksmith terkenal tiga ribu tahun yang lalu, yang kemudian dikubur bersamaan dengan seorang raja tiran di sebuah makam besar di dekat perbatasan East Tiramikal Kingdom. Empat ratus tahun yang lalu, kerajaan yang dulunya dikuasai tiran tersebut runtuh. Akibatnya, makam tiran tersebut mulai tak ada yang menjaga kecuali monster-monster peliharaan si raja tiran.

Kemudian beberapa tahun yang lalu pasukan Blackwood melakukan ekspedisi dan mendapatkan banyak harta karun di makam itu. Salah satunya yang paling berharga adalah senjata andalan raja tiran yang bernama ‘Abyssal Axe’, sebuah kapak yang dialiri mana berafinitas elemen ‘chaos’ yang sangat langka.

Karena syarat minimal untuk menggunakan kapak tersebut adalah level 60 dan strength yang melimpah, belum ada anggota Blackwood mampu menggunakannya.

Menurut keputusan Dewan Besar Keluarga Blackwood, karena Hale adalah seorang Berserker dan pengguna kapak yang sangat cocok dengan magic weapon ini, setahun yang lalu Blackwood resmi menghadiahkannya kepada Hale.

Karena itu, menggunakan harta tersebut sebagai kompensasi untuk membuat Clan Fireaxe Giant bergerak adalah hak Hale. Dan menurut perhitungannya, jika dalam beberapa hari ke depan ia tak mampu mendapatkan bantuan pihak lain, maka akan banyak nyawa orang-orang Blackwood yang jatuh di tangan Jhuro Yashura walau pun pada akhirnya mereka bisa membunuh seorang Blackfang Swordsman itu.

Di hadapan tawaran menggiurkan tadi, Urkdin yang membenci Blackwood sempat tergiur!

“Fireaxe Giant Clan gak sudi menurunkan derajatnya untuk membantu keluarga bermuka dua seperti Blackwood,” pada saat ini, sebuah suara serak terdengar dari dalam tenda. “Enyahlah! Perkara kalian dengan Jhuro Yashura bukanlah urusan kami. Walau kerajaan ini akan hancur atau pun musuh kalian membuat lubang di tanah benua Tiramikal ini, Clan Fireaxe Giant gak bakal bergerak untuk membantu Blackwood!”

Hale tak membalas suara serak tersebut. Urkdin pun terdiam, sudah menyingkirkan ‘Abyssal Axe’ dari dalam hatinya. Mereka tak mengucapkan sepatah kata lagi, Hale kemudian menganjakkan kaki dengan wajah tertekuk gusar.

Setelah gagal meminta bantuan kepada Fireaxe Giant Clan, Hale Blackwood pergi mengunjungi tenda para petarung terkenal lainnya di kamp kelompok itu. Awalnya, tiga wajah petarung yang mendampingi Hale Blackwood terlihat arogan menahan marah.

Apa boleh buat, mereka adalah kaum elit dan seorang semut seperti Jhuro Yashura berani melawan kekuatan mereka.

Tetapi ketika mereka mengunjungi tenda demi tenda, wajah arogan mereka berubah perlahan-lahan. Clan Fireaxe Giant wajar tak ingin membantu mereka karena suku tersebut tak pernah akur dengan kaum bangsawan. Namun saat pihak-pihak besar lain menolak, rasa cemas pun menjalar di dada mereka.

“Aku sudah memperkirakan nasib kalian akan seperti ini. Namamu Hale Blackwood? Kamu cukup pintar untuk mencari bantuan saat korban di Blackwood masih sedikit. Jhuro Yashura bukanlah seorang petarung berlevel 46 sembarangan. Walau pun dia adalah seorang dengan kelas unik, tetapi potensi membunuhnya jauh lebih mengerikan...”

Ujar seorang Martial Artist berlevel 50 dari Clan Chu. Ia adalah seorang pria tiga puluhan berkulit putih tampan dan berambut panjang, Chu Xinhao.

Ketika seorang berkekuatan level 50 seperti dia mengatakan delapan orang Blackwood yang tewas ternyata dihitung masih sedikit, maka seberapa berbahayanya seorang sepuh dari sekolah Hatim Malakas ini?

“Aku tau kekuatan orang itu seperti apa, dan aku pun gak berani meremehkannya,” ujar Hale pelan. “Tetapi yang mengambil keputusan untuk menargetkan Jhuro Yashura adalah para petinggi di keluarga Blackwood. Aku hanyalah petarung rendahan gak memiliki sama sekali suara untuk menentang keputusan mereka. Tuan Chu Xinhao mengerti, kan, agenda kami mempersiapkan kekuatan dalam beberapa hari ini? Untuk menyingkirkan Jhuro Yashura, pihak Blackwood mengirimkan bantuan dari Desa New Evershine Candy. Setelah bantuan datang, aku berani menjamin Jhuro Yashura gak bakal bisa bergerak lagi! Yang kami minta dari pihak Clan Chu adalah bantuan untuk mengendalikan suasana. Jika Blackwood mendapatkan bantuan Clan Chu, maka Jhuro Yashura akan berpikir dua kali untuk menyerang anggota kami!”

Chu Xinhao hanya tersenyum mendengar ujaran Hale.

“Tuan Chu Xinhao, mohon dipertimbangkan. Kami gak meminta Anda untuk berhadapan langsung dengan Jhuro. Kami hanya membutuhkan keberadaan Anda, dan kami akan memberikan kompensasi yang layak sebagai ganti jasa clan Anda!”

Hale berputar-putar menjelaskan hadiah yang bisa ia tawarkan jika Clan Chu membantu Blackwood saat ini. Tetapi pria itu terus-menerus menggelengkan kepala.

“Kalau kalian membayarku untuk pura-pura gak tau tentang skema kalian untuk membunuh Jhuro, aku gak masalah. Tetapi untuk menjadi perisai penghalang Jhuro? Hmm, hmm. Jhuro itu seperti ular berbisa yang licin. Kalau gak bisa memotong kepalanya, sekali tergigit bisa fatal akibatnya.”

Setelah itu mereka terdiam sesaat. Chu Xinhao melihat tanda-tanda khawatir di wajah keras Hale.

“Kalian mau dengar pendapatku? Mundur lah. Lupakan sesaat untuk membunuh Jhuro. Kemudian kembali bersama bantuan yang kamu bilang tadi. Kukira masih ada orang bijak di Keluarga Blackwood, tetapi berani menginjak ekor ular berbisa seperti Jhuro Yashura... ck, ck ck.”

Meminta bantuan seperti ini sudah memalukan bagi seorang Blackwood seperti Hale. Tapi jika mereka harus mundur, mereka akan ditertawai oleh semua orang di kamp kelompok ini dan akan kehilangan muka mereka.

Hanya karena ancaman seorang Jhuro Yashura.

Yang benar saja!

***

<<PREVIOUS CHAPTERNEXT CHAPTER>>