Spirit Conductor: Book 1, Chapter 13



Chapter 13 - Jhuju, Ayo Kita Bermain Lagi Seperti Dulu!

Semua orang langsung tahu tentang enam kepala Blackwood yang dikirim Jhuro kepada Hale Blackwood saat malam tiba. Kamp yang tadinya terasa kelam oleh para petarung yang bosan jauh dari rumah selama berbulan-bulan kini suasananya kembali menjadi bersemangat dan hidup. Semua orang menjadi tertarik dalam masalah ini. Kini, setelah semua orang tahu konflik Jhuro dengan Blackwood, mereka pun melihat hal ini sebagai hiburan melepas penat. Lagi pula, banyak orang yang ingin melihat seberapa hebatnya seorang Jhuro Yashura setelah mendengar banyak rumor tentangnya.

Orang yang paling bersemangat adalah Ozhi. Saat semua orang tiba-tiba tertarik pada Jhuro Yashura, ia dengan senang hati menceritakan petualangan-petualangan mereka saat masih muda dulu. Ada yang fakta, ada yang dilebih-lebihkan, bahkan tak jarang Ozhi mengada-ngada.

Tetapi mereka yang mendengarnya hanya mengangguk-angguk takjub mendengar kisah petualangan Jhuro dan kawan-kawan. Mereka mencerna semuanya tanpa mengunyahnya pelan-pelan. Mereka sudah melihat Jhuro membunuh empat belas orang dari Blackwood dengan mudah, kemudian menantang petarung dengan tiga level lebih tinggi darinya dengan santainya, sekarang apa lagi yang bisa membuat mereka tak percaya?

Setelah itu, tenda Ozhi pun ramai kedatangan petarung-petarung lain. Kini, mereka datang untuk membicarakan tantangan duel Jhuro dengan Hale. Tak sedikit mereka yang sinis merasa tantangan ini adalah jebakan untuk Blackwood, berpikir Jhuro sengaja membawa keluar harimau dari sarangnya supaya bisa dengan mudah membunuh anak-anak harimau di situ. Hal ini tentu tidaklah mustahil jika kita berbicara tentang Jhuro Yashura. Pria itu sudah melakukannya sebelumnya, ia sengaja memancing Hale keluar dari markas besar lalu delapan orang Blackwood dalam hitungan menit.

Benar tidaknya Jhuro hanya menggertak memberikan tantangan kepada Hale Blackwood, itu bukanlah masalah. Semua orang sudah terlanjur bersemangat tentang hal ini. Bahkan Ozhi pun mengambil kesempatan untuk menjadi bandar judi tentang pertemuan Hale dan Jhuro nanti. Lebih dari lima puluh orang langsung menggerogoti lapaknya.

Berbeda dengan suasana kamp yang bersemangat dan tertarik oleh kejadian baru-baru ini, wajah orang-orang Blackwood terlihat muram. Terutama Hale Blackwood, yang melihat enam kepala manusia dalam karung yang ada di depannya.

“Hale, bagaimana menurutmu? Semua orang sudah tau tentang hal ini. Jhuro menantang dan kalau kita menolaknya orang-orang akan menertawakan kita.”

Mendengar Swordsman berlevel 47 di sebelahnya bertanya dengan nada cemas dan tak bisa berbuat apa-apa, dahi Hale semakin berkerut namun ia tak berkata apa-apa.

Swordsman itu hanya bisa mendesah mengeluarkan rasa pahit dibenaknya.

“Seharusnya aku gak mengirim anak-anak untuk mencari Jhuro. Kamu sudah memperingatkan tapi aku hanya mendengarnya dengan kuping kiri keluar ke kuping kanan. Ah!”

Dengan itu, Swordsman itu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar tenda.

“Joshua...” panggil Hale pelan, matanya masih tak lepas dari kepala-kepala itu.

“Ya?”

“Suruh semua orang berkumpul di satu tempat yang aman. Gak ada yang boleh keluar, bahkan kalau ada yang mau kencing pun potong burungnya kalau dia masih nekat!”

“Kamu akan menjawab tantangan itu?”

Hale menoleh ke arah Swordsman yang bernama Joshua itu. Mata Joshua sudah berkilat-kilat, berharap Hale mengembalikan muka Blackwood setelah diinjak-injak oleh Jhuro.

Tetapi Hale hanya menggeleng-geleng kecil dan membuatnya kecewa.

“Akunya yang bodoh kalau menjawab duel yang lokasinya dipilih oleh Jhuro. Dia sudah membuat kita malu dan mengira kita sudah terpojok untuk masuk jebakannya, tapi dia gak tau kalau setelah bantuan kita datang, satu hal yang menunggunya adalah kematian! Apalah artinya reputasi jika pada akhirnya kita bisa memenggal kepala Jhuro untuk membalas kematian teman-teman kita!”

Joshua tersenyum masam sambil mengangguk-angguk. Menurut Hale, balas dendam adalah prioritas utama. Tapi tetap saja, Joshua berharap mereka bisa melenyapkan masalah ini tanpa harus melempar harga diri mereka ke dalam kubangan lumpur.

“Oh? Kamu gak suka dengan keputusanku?” tanya Hale Blackwood ketika melihat senyum Joshua yang dipaksakan.

“Bukan begitu. Hanya saja...”

“Kalau kamu masih ragu, ayo kita kabari kejadian ini kepada orang itu. Hanya dia yang tau keputusan terbaik. Mari kita lihat apa balasannya.”

Hale bangkit untuk menulis sesuatu di secarik kertas, kemudian menempelkannya di kaki elang peliharaannya. Setelah memberi sedikit daging dan mengelus-elus bulu elang itu, Hale membawa elang itu keluar dan melepaskannya.

Elang itu terbang ke arah selatan. Di tengah-tengah kegelapan malam, tak ada yang tahu ia mengepak sayap pergi dari kamp tersebut. Setelah beberapa jam terbang dengan kecepatan penuh, elang tersebut melihat sosok tiga pria yang berjalan di tengah padang pasir dan kemudian menukik tajam ke bawah.

“Itu elang Hale,” sahut seorang pria dengan bujur panah di tangannya. Ia adalah seorang Ranger yang mengeluarkan aura berlevel 48.

“Sesuatu terjadi di kamp itu,” imbuh seorang Knight berpakaian santai dengan level sama di sebelahnya.

Saat elang itu mendekat, ia mengarah kepada seorang pria yang lain. Pria itu berperawakan kurus kering dan mengenakan jubah longgar berwarna hijau gelap. Wajahnya yang putih pucat asli dan kantung hitam di matanya memberikan kesan kelam pada pria itu, namun ia selalu membawa senyum tipis di wajahnya.

Saat elang itu hendak mendarat, ia melindungi tangannya dengan kain tebal jubah untuk memberikan tempat singgah kepada elang tersebut.

“Hmm? Pesan dari Hale?” kata pria berjubah itu, matanya langsung bersinar.

“Apa yang ditulis di situ?”

Pria berjubah terdiam sebentar membaca surat itu, kemudian senyum tipis di wajahnya langsung bermekar menjadi senyum riang.

“Dia akhirnya melawan sebelum mati. Hehehe.”

“Jhuro Yashura melawan? Apa rencana kita sudah ketauan?”

“Apa boleh buat, persiapan kita terlalu ceroboh. Sudah kubilang menargetkan Jhuro akan terlalu merepotkan hanya demi seorang gadis kelas unik. Tapi kakek-kakek tua itu gak pernah mau mendengarkanku,” keluh si Ranger mengingat Dewan Keluarga Blackwood sama sekali tak mengindahkan kata-katanya, bahkan salah satu dari mereka sempat mencemoohnya karena menjadi takut hanya karena seorang Jhuro Yashura.

Tapi pada umumnya, seorang Ranger pasti akan sering berada di luar untuk menjalankan misi atau pun memburu monster. Otomatis ia pun sangat tahu tentang informasi-informasi serta rumor tentang dunia luar. Rumor tentang Jhuro yang tak banyak diketahui oleh orang-orang beredar dari mulut ke mulut dan sempat ia mendengar cerita tentang Jhuro yang membuatnya takjub dari seorang teman terpercaya. Oleh karena itu, ketika Blackwood secara arogan ingin menargetkan Jhuro karena ingin melepaskan seorang gadis dengan kelas unik dari genggaman keluarga di desa tak terkenal, ia langsung tahu masalah ini akan menjadi rumit nantinya.

“Bukan hanya merepotkan. Dia sudah membunuh orang-orang kita, dan gak ada yang tau di mana dia sekarang.”

“Manusia kampung itu berani membunuh orang-orang kita!” raung si Knight murka.

Berbeda dengan si Knight, Ranger itu sudah mengantisipasi hal seperti ini. Jadi ia nampak lebih tenang, dan bertanya kepada pria berjubah itu dengan nada pelan.

“Berapa korban dari kita?”

Pria berkulit pucat itu melihat ke arah si Ranger. Sambil mempertahankan senyumnya ia menjawab:

“Empat belas orang.”

“APA?!”

Mendengar jawaban pria itu, si Ranger dan Knight pun tak mampu menyembunyikan keterkejutan mereka. Empat belas orang mati di tangan seorang Jhuro? Empat belas orang adalah separuh dari orang-orang yang Blackwood kirimkan ke sini. Untuk membunuh empat belas orang begitu saja, perkara macam apa ini?

“Ngapain kalian terkejut seperti itu? Jhuju biasanya memang begini. Bahkan pernah waktu itu, dia membuat seisi desa saling bunuh hanya dengan sebotol racun berelemen chaos. Kemudian dia menyapu bersih orang-orang yang selamat dengan gas beracun. Semenjak itu, Jhuju membantu menambah koleksi mayatku.”

Mendengar penjelasan pria itu, si Knight dan Ranger itu hanya bisa merundukkan kepala dengan air muka masam. Mereka berdua adalah petarung berlevel 48. Tetapi di depan pria ini, seorang dengan level 45, mereka sama sekali tak berani bersikap angkuh dan arogan.

Karena walau pun memiliki level yang tak begitu mengagumkan, pria ini begitu kuat sampai-sampai disandingkan dengan Hale Blackwood serta Alex Blackwood yang disebut-sebut terhebat di Blackwood pun tak berani macam-macam dengannya!

Seorang petarung misterius Blackwood, tak banyak yang mengetahui keberadaannya. Situasinya pun mirip seperti Hale, ia adalah pribadi eksentrik yang sikapnya sangat bertolak belakang dengan mayoritas Keluarga Blackwood yang merupakan tipikal kaum elite arogan dan angkuh.

Jika dibilang Jhuro Yashura sama sekali tak takut dengan Blackwood, itu tak benar sama sekali. Karena kalau saja ia tahu pria pucat berjubah ini datang ke kamp itu, ia akan berpikir dua kali untuk provokasi Blackwood dan menginjak-injak muka mereka di depan mata ratusan petarung yang lain seperti saat ini.

Itu karena ia mengenal pria ini. Bagi seorang petarung dengan kelas unik yang memiliki metode khusus untuk bertarung, Jhuro pun mengakui kekuatan petarung dengan kelas unik lain yang memberikan kesan berbahaya padanya.

Ya. Pria ini adalah satu-satunya petarung dengan kelas unik Blackwood dan adalah senjata rahasia keluarga itu, walau pun mereka jarang menggunakannya karena tak menyukai kepribadian dan cara bertarungnya.

Bahkan mereka selalu mencoba untuk menyembunyikan fakta keberadaan tentang pria itu dari dunia luar.

Karena kekuatan dan aura pria itu sangat kental dengan hawa-hawa jahat serta juga aura kematian.

Ia adalah seorang Necromancer!

Seorang yang bisa membangkitkan mayat berjalan untuk dijadikan pasukannya. Ia adalah petarung dengan kelas Summoner unik yang bisa berkomunikasi dan memerintah orang-orang mati.

“Jhuju juga menantang Hale untuk berduel setelah mengirim enam kepala orang-orang kita,” katanya pelan dengan nada sedikit bersemangat. “Empat belas orang kita mati dan ia langsung menantang Hale. Tapi si bulldog itu hanya bisa duduk diam manis sambil menunggu kedatangan kita.”

“Kenapa? Jhuro Yashura sudah membunuh empat belas orang kita. Mengapa dia menjadi kecut tiba-tiba? Ini bukan seperti Hale! Biasanya dia langsung berlari keluar dengan kapak di tangannya,” kata si Ranger sambil menaruh jari di dagunya.

“Apalagi alasannya? Hale bukanlah seperti Tuan Alex yang selalu menjaga harga diri Blackwood. Cuma di luar saja dia kelihatan ganas dan berbahaya, tetapi ketika Blackwood menghadapi masalah seperti ini dia sama sekali gak berani maju.”

Knight itu masih marah ketika mendengar empat belas orang mereka mati. Jadi ia mencaci nama Hale untuk melepaskan rasa kesalnya.

“Uhuh. Hale sudah benar. Kalau kita bermain sambil mengikuti aturan yang dibuat si Jhuju, cepat atau lambat kita akan kalah walau pun dia bakal mati pada akhirnya.

“Aku akan menulis balasan untuk bilang ke Hale untuk tetap menunggu kita. Berapa hari kita akan sampai ke situ?” tanya si Necromancer.

“Kira-kira dua hari jika kita mengambil istirahat,” jawab si Ranger.

“Kalau kita bergegas?”

“Satu hari bisa sampai.”

Necromancer tersebut menulis surat balasan dan mengirim kembali elang Hale. Ia menepuk-nepuk jubahnya dari pasir kemudian melangkahkan kaki kembali. Dua petarung yang lain langsung mengikutinya tanpa mengucapkan kata-kata tambahan.

Angin malam yang berhembus di padang pasir itu terasa sangat dingin. Wajah si Knight dan Ranger semakin lama semakin tertekuk muram karena disambar angin itu. Tapi berbeda dengan si Necromancer. Wajah pucatnya semakin berseri-seri ketika mengetahui ia mendekat ke arah tujuan mereka.

“Aku mendengar Ozhi juga ada di sana,” si Necromancer berbisik pada dirinya sendiri. “Aku sudah lama gak melihat si gendut itu. Mungkin dia sudah agak kurusan sekarang. Lama sekali aku gak ketemu lagi sama anak-anak dulu, sudah berapa tahun ya?”

Matanya berkilat-kilat penuh harap.

“Kali ini, Jhuju... Hehehe. Akhirnya kita bisa bertemu lagi. Reunian kita bakalan seru. Jhuju, ayo kita bermain lagi seperti dulu!”

***

Malam itu, kediaman Malikh sangat tenang dan hanya dihiasi suara jangkrik. Di sebuah ruangan yang diterangi beberapa lilin di sudut ruang, seorang pria seumuran Jhuro Yashura lagi terkulai lemah di kasur. Tubuh yang sebelumnya kekar dan sehat itu kini sudah mengering hampir tersisa tulang saja. Rambutnya yang sebelumnya hitam legam kini sudah menjadi putih lemas disinari cahaya lilin.

Di sebelah kasur, duduk seorang wanita cantik yang lagi memijat-mijat telapak tangan kering pria itu. Di wajahnya ada tanda kesedihan yang dalam saat ia melihat nasib suaminya sudah seperti ini. Pria yang terbaring itu tersenyum ingin menghibur istrinya, namun melihat senyum lemah itu hanya membawa lebih banyak rasa sesak di dada wanita itu.

*Tok tok tok*

Suara pintu diketuk dan dibuka, seorang gadis muda mengenakan gaun putih muncul membawakan nampan dengan bubur dan teh beraroma herbal pekat yang bisa tercium sampai beberapa belas meter jauhnya.

Sekilas, gadis itu mirip sekali parasnya dengan wanita yang lagi bersedih di samping suaminya. Ia adalah Bhela Malikh yang satu setengah bulan yang lalu muncul di depan kediaman Yashura.

“Ayah, Mama, teman Bhela tadi berkata ingin menjenguk,” kata Bhela dengan nada pelan dan gugup.

“Gadis Blackwood itu?” tanya ibunya dengan nada ketus. Kesedihan di wajahnya berubah menjadi marah. Ia sama sekali tak menyembunyikan rasa bencinya pada niat baik teman anaknya.

“Gak apa-apa. Tapi sekarang ayah lagi ingin beristirahat. Mungkin besok kamu bisa membawa Nona Muda Blackwood kemari.”

“Mm. Ayah beristirahat yang baik. Semoga lekas sembuh. Bhela permisi dulu,” Bhela tak ingin berlama-lama di ruangan itu. Dalam hatinya, ia tahu alasan ayahnya terkulai lemah di kasur. Ada rasa bersalah yang dalam di hatinya, sangat sulit rasanya untuk menghadap kedua orang tuanya lagi.

Orang tuanya terdiam menunggu ia berjalan pergi. Ayah Bhela hanya bisa mendesahkan napas panjang melihat sikap istrinya.

“Kenapa kamu begini terus. Bhela dan Nona Muda Blackwood bermaksud baik. Mereka berhati polos dan gak tau apa-apa. Kenapa harus kamu ikut membenci anak kecil segala?”

“Kenapa? Apa harus ditanya lagi? Kalau saja Blackwood gak pernah datang kemari, kamu gak bakal pernah diracuni.”

Pria itu tersenyum lagi dan menggeleng-geleng. “Sudah berapa kali kubilang. Healer dan Specialist yang kita sewa gak pernah mendeteksi ada racun ditubuhku. Barangkali ini hanya kutukan yang kudapatkan saat berpetualang dulu menyala lagi.”

“Siapa yang mau kamu bodohi? Aku gak bodoh. Bhela juga gak bodoh. Seratus kali pun kamu menjelaskan kami gak bakal percaya kebohonganmu. Tapi mereka terus mencoba menarik Bhela keluar dari sini. Kakek-kakek sialan itu juga selalu menjilat kepada Blackwood. Suatu hari nanti aku akan mengusir Blackwood dan juga para kakek-kakek pengkhianat itu dari Keluarga Malikh kita. Kalau saja.... kalau saja....”

Ayah Bhela membelai wajah istrinya dengan tangannya yang lemah. Wanita itu mulai menangis terisak-isak.

“Mengapa semua ini terjadi ke keluarga kita?” tanya wanita itu dalam tangisnya. Awalnya, walau Malikh tahu Blackwood sangat ingin mengikat anak mereka, Blackwood tak akan berani melukai dan memutuskan tali hubungannya dengan Bhela. Begitu yang dipikir oleh wanita itu dan juga suaminya.

Tetapi tiba-tiba semuanya mulai menjadi kacau. Kepala Keluarga Malikh yang secara tegas tak mengindahkan ketamakan Blackwood malah beberapa hari yang lalu langsung menjadi lemah dan tubuhnya menjadi kurus dan menua seperti energi ruhnya dihisap habis oleh udara.

Healer dan analisis Specialist semuanya menunjukkan bahwa ini adalah penyakit alami tanpa gangguan dari pihak luar. Tetapi orang-orang Malikh bukanlah orang bodoh.

Para sepuh dan Dewan Keluarga Malikh yang sudah menjilat Blackwood hanya bisa tersenyum pahit melihat nasib kepala keluarga mereka.

Tapi yang lebih parah lagi adalah Tarin Malikh. Semenjak sikap arogannya di depan gerbang Yashura waktu itu, hampir semua Dewan Keluarga di Keluarga Malikh tiba-tiba menjauh dari kubunya. Pengaruhnya di Keluarga Malikh langsung turun drastis, orang-orang selalu mencari kesalahan-kesalahannya dan menjadikannya kambing hitam dalam segala hal.

Belum berlalu sepuluh hari semenjak kejadian itu, posisinya melemah dan dengan mudahnya ia dicopot dari jabatannya dari Dewan Besar Keluarga Malikh. Dua anaknya pun yang bertugas di luar untuk sebuah fraksi tiba-tiba menghilang begitu saja. Cucu-cucunya tak bisa lagi mendapatkan ramuan dan bantuan dari Keluarga Malikh, kondisi mereka sudah seperti anak yatim yang tak diinginkan oleh dunia lagi.

Rupanya, tindakan Tarin waktu itu sangat menyinggung Blackwood. Dan ia pun meninggal karena depresi dua minggu yang lalu.

Ayah Bhela merenung sesaat. Dalam benaknya ia mengingat suatu kejadian di masa mudanya. Kejadian itu adalah kejadian yang mengubah seluruh hidupnya.

“Ini adalah ujian bagi Keluarga Malikh,” katanya pelan, ada percikan api tekad di matanya yang melemah. “Dan biarpun aku mati, aku gak bakal menyerah untuk menyatukan Keluarga Malikh dan Yashura. Sekarang kita masih menderita. Tapi di masa depan, Keluarga Malikh akan bangkit kembali... menjadi keluarga yang bangkit di samping Shira Yashura!”

Ia dan Jhuro Yashura sudah mendapatkan bola kristal yang meramalkan masa depan. Saat itu mereka masih muda, belum menikah dan berkeluarga. Mereka terkejut ketika bola kristal itu menunjukkan kedatangan seorang pemuda bernama Shira Yashura... yang akan menjadi seorang Spirit Conductor.

Kemudian, mereka bertemu dengan seorang kakek yang menceritakan mereka apa arti Spirit Conductor yang sesungguhnya.

Spirit Conductor, adalah kekuatan tertinggi manusia yang akan muncul di muka bumi.

Dengan kekuatannya, ia berhak memasuki langit dan memerangi para dewa.

Faktanya, Kaisar Langit yang sekarang, dewa di antara para dewa, adalah seorang manusia yang berjuta-juta tahun yang lalu mengalahkan para dewa dengan pasukannya.

Kaisar Langit adalah seorang Spirit Conductor!

Jika dikenali dengan sistem para petarung jaman sekarang, Spirit Conductor bukan lagi kelas unik terbaik di antara yang terbaik.

Spirit Conductor, adalah sebuah kelas legendaris!

Kepala Keluarga Malikh tahu, sehebat apa pun anak gadisnya menjadi besar berkat kelas unik empat elemennya di masa depan nanti, tapi jika dibandingkan dengan Spirit Conductor... Bhela Malikh hanya sebatas semut!

Status Spirit Conductor begitu besar, sampai-sampai jika terungkap, akan membawa bencana yang sangat besar. Oleh karena itu, semenjak dulu ia dan Jhuro selalu menyimpan dalam hati tentang rahasia Shira Yashura dalam-dalam.

***

<<PREVIOUS CHAPTERNEXT CHAPTER>>