Spirit Conductor: Book 1, Chapter 14



Chapter 14 - Di Kaki Gunung Desa Badril

Malam itu, kediaman Yashura sangat tenang dan hanya dihiasi suara jangkrik. Di sebuah ruangan yang diterangi beberapa lilin di sudut ruang, dua pria paruh baya tengah bersantai sambil minum-minum.

“Tuan Staterwind, maafkan soal Shira. Jhuro juga sudah berusaha untuk menaikkan levelnya, tapi dia masih saja berada di level 3. Jadi bukannya ramuan dan scroll Tuan Staterwind yang gak ampuh, melainkan... ah!”

“Temanku, Shuro. Sudahlah. Jangan dibahas hal itu lagi. Aku gak datang kemari karena masalah sepele seperti itu.”

“Aku gak mengerti apa yang terjadi dengan Shira. Padahal dia anaknya si Jhuro adikku dan bakal sangat cocok untuk meneruskan posisi Kepala Keluarga nantinya. Ah... semenjak dulu Jhuro selalu berusaha menaikkan levelnya, tapi barangkali talentanya gak cocok untuk menjadi petarung.”

“Hmm? Siapa bilang? Yang kulihat, walaupun dia pendiam tapi si Shira anaknya cekatan dan bahkan sampai memiliki skill pasif berelemantal water yang membuat gerakannya sangat lincah.”

Mendengar Baront Staterwind memuji Shira, Shuro hanya bisa memaksakan senyumnya. Dalam benaknya, mengembangkan skill pasif bertipe agility akan percuma bila atribut tertinggi dari stats-nya adalah wisdom.

Shuro sudah yakin pada akhirnya Shira akan mendapat tipe kelas yang akan mengambil garis belakang dalam pertarungan. Healer, Summoner, Specialist, bahkan orang yang akan sering tinggal di ruangan seperti Alchemist... walau pun Shira akan menjadi kelas unik tetapi ia tak melihat skill pasif tersebut menguntungkan bagi kelas-kelas support seperti ini.

Melihat wajah Shuro yang tengah meratap, Baront akhirnya tertawa terbahak-bahak.

“Apa yang kau ratapi? Apa pun jalan petarung yang dipilih Shira, aku yakin itu adalah pilihan yang sangat tepat. Bahkan aku gak berani mengganggunya. Kalau dia gak pintar-pintar menyusun stats-nya, maka gak mungkin orang itu tertarik dengan potensinya?”

“Orang itu? Siapa yang Tuan Staterwind maksud?”

“Hmm? Shira gak pernah kasih tau?”

“Shira orangnya jarang terbuka. Sekali pun terbuka paling dengan Mila anakku. Tapi aku gak pernah mendengar siapa-siapa dari Mila.”

“Oh, jadi di tempat ini, hanya Shira yang tau keberadaannya,” Baront Staterwind mengangguk-angguk. Ia baru sadar ternyata Shira tak tertarik berbicara tentang “guru” yang selama ini membimbingnya. Entah ia merasa itu tak perlu atau ia benar-benar ingin merahasiakannya, sebenarnya Baront juga merasa sedikit penasaran. Sebagai seorang instruktur yang memiliki observasi tajam, ia merasa Shira bukanlah orang yang ceroboh dan sangat tenang untuk pemuda berusia lima belas tahun sepertinya.

Jika saja anak lima belas tahun seperti Shira berada di medan pertempuran yang sangat tak menguntungkan, Baront yakin ia akan bisa melewatinya dengan selamat mengandalkan pikiran dan sifatnya yang tenang di bawah tekanan itu.

“Orang ini... siapa yang Tuan Staterwind maksud?” tanya Shura dengan wajahnya yang memerah karena alkohol sudah berubah penasaran.

“Orang yang mengajarkan skill itu kepada Shira. Aku yakin orang itu sudah melihat status Shira sebelumnya tapi dia kelihatannya gak peduli untuk menegur Shira. Itu berarti, seaneh apa pun jalan petarung yang ditempuh Shira, orang itu sudah merestuinya. Lagi pula, orang yang paling bisa melihat potensi Shira adalah orang itu. Pengalamanku hanya bisa dihitung sebagai debu jalanan jika dibandingkan dengannya!”

“Tuan Staterwind, Anda merendah.”

“Uh-huh.” Baront Staterwind menggeleng-gelengkan kepalanya, “beneran aku sama sekali gak sebanding dengannya. Setiap kali aku bertemu dengannya, dia selalu melihatku dengan tatapan merendahkan. Sikapnya sangat arogan dan menakutkan tetapi dia memang memiliki kemampuan untuk bersikap seperti itu di depanku.”

Mendengar itu mata Shuro langsung berkilat-kilat. Apa mungkin ada seorang ahli lain selain Baront Staterwind yang berada di sini? Tapi mengapa ia tak pernah sama sekali mendengar keberadaannya? Rahasia apa yang disembunyikan Shira sampai-sampai tak ada yang tahu orang penting seperti itu berhubungan dengannya?

“Shuro, sebagai Kepala Keluarga Yashura dan temanku, aku akan mengatakan sedikit rahasia ke situ,” kata Baront dengan sedikit serius walau sedikit mabuk. “Aku sudah memutuskan semenjak beberapa waktu lalu, aku akan mengangkat Shira sebagai murid pribadiku dan mendaftarkannya ke sekolah Blue Diamond. Setelah lulus, aku akan mencoba untuk mendaftarkannya ke fraksi Blue Robe Acolyte Society. Aku yakin dengan kemampuannya Shira akan dengan mudah masuk fraksi itu.”

“Ini... Tuan Staterwind... apa Anda serius? Benar-benar serius?” mendengar hal itu, wajah Shuro menjadi terkejut dan tangannya gemetaran.

Awalnya Shuro memiliki dugaan Baront Staterwind mempunyai niatan seperti ini ketika menginap di kediaman Yashura. Tapi tetap saja saat ia mendengar langsung dari orangnya jantungnya berdegup kencang dan ia kesulitan bernapas. Apalagi ketika ia mendengar Shira memiliki kesempatan besar untuk masuk ke fraksi desa tingkat pertama, pikirannya langsung menjadi hampa.

Melihat ekspresi di wajah Shuro yang terkejut sekaligus sangat bersemangat, Baront Staterwind hanya bisa tersenyum masam. “Hanya jika orang itu menyetujuinya. Kalau dia gak setuju, aku gak berani menyentuh Shira.”

Semangat di wajah Shuro langsung menjadi padam. “Apa orang itu akan menyetujuinya?”

“Ini, aku gak tau pasti. Jalan terbaik adalah Shira berhasil membuat kontrak dengan arwah itu, dan secara otomatis dia akan mendapatkan tiket masuk ke fraksi Blue Robe Acolyte Society jika gak ada masalah besar. Kemungkinannya agak besar juga. Orang itu kelihatannya sangat tertarik dengan potensi Shira, jadi ada kemungkinannya juga ia tertarik membuat kontrak dengan Shira.”

“Kontrak?”

“Mm. Jujur saja, poin yang paling menarik dari potensi Shira adalah ia memiliki hubungan dekat dengannya. Jika ia berhasil membuat kontrak dan mendapatkan bantuan orang itu, maka potensinya akan melejit ke angkasa. Suatu saat nanti ia akan menjadi salah satu pilar yang akan menopang Blue Robe Acolyte Society. Kakek-kakek sepuh itu akan dengan senang hati membuka pintu mereka lebar-lebar untuk orang seperti Shira.”

“Hal ini... aku gak tau harus berkata apa...”

“Untuk masalah ini, temanku Shuro, aku membutuhkan bantuanmu.”

Shuro langsung memperbaiki sikap duduknya menjadi tegak dan hormat kepada Baront.

“Katakan saja apa yang bisa kubantu, Tuan Staterwind. Dengan senang hati aku akan melaksanakannya,” katanya antusias.

“Mm mn. Aku hanya kesulitan untuk berhadapan dengan orang itu nanti. Temani aku untuk membujuknya. Kukira setelah duel waktu yang tepat untuk memberitahukan Shira niatku. Saat itu tiba, dia akan kalah dari Tuan Muda Blackwood yang adalah seorang Knight level 16, tetapi aku yakin dengan bimbingan orang itu Shira gak akan kalah dengan cara memalukan, dan Yashura bisa menyelamatkan muka mereka.”

“Kalau masalah seperti itu serahkan padaku. Akan kupastikan orang itu mendapatkan jamuan makanan dan minuman terbaik yang bisa kuberikan. Hmm. Benar! Aku akan memesan alkohol terbaik yang bisa kudapatkan. Tuan Staterwind, tenang saja. Keluarga Yashura gak akan mengecewakan ketika pertama kali mendapatkan tamu besar sepertinya.”

“Temanku Shuro... sepertinya aku harus memberitahukanmu ini. Tapi sepertinya orang itu sudah lama tinggal di tempat ini, dan ia mengenal betul semua orang di sini. Jadi kurasa pendekatan yang tulus dan gak dibuat-buat akan lebih efektif padanya. Lagi pula, kondisinya sekarang gak memungkinkan untuk bisa makan dan minum. Jadi situ gak usah repot-repot menyiapkan jamuan.”

“Oh?” air muka Shuro menjadi kebingungan.

“Ya. Situ gak tau tentang hal ini. Tapi aku selalu melihat orang itu mengikuti Shira ke mana pun dia pergi. Situ selama ini gak sadar, tapi sebenarnya situ sudah sangat sering berhadapannya dengannya.”

Shuro semakin mengerutkan dahinya tak mengerti.

“Sebenarnya, temanku Shuro, orang yang kumaksud gak bisa dilihat dengan mata manusia biasa karena sudah mati ribuan tahun yang lalu. Orang itu... adalah seorang arwah.”

“Ar-arwah?!” Shuro pun langsung berdiri tegak saking terkejutnya.

***

Cuaca sangat cerah pada pagi hari berikutnya. Shira berjalan ke arah tangga lebar berlumut untuk naik ke gunung. Ia akan melewati gunung itu untuk mencapai hutan di belakangnya.

Di hutan tersebut, ia akan memburu monster. Arwah Baik Hati mengatakan ini adalah kesempatan yang bagus bagi Shira untuk beradaptasi dengan ‘Water Flowing Style’-nya sebelum skill itu naik ke level 3.

Shira belum pernah memburu monster sebelumnya. Jadi ia datang sendiri tanpa ada yang menemani. Biasanya, para pemuda desa datang dengan berkelompok dan akan membentuk party nantinya. Hutan tersebut sangat berbahaya untuk dimasuki seorang diri.

Tapi Shira sama sekali tak cemas tanpa bantuan orang lain. Ia hanya meraba-raba cincin ‘Low Quality Sensory Ring’ yang diberikan oleh Mila Yashura.

Cincin itu adalah cincin khusus yang dimiliki seorang Specialist untuk menggunakan skill-skill¬ mereka. Jadi cincin tersebut sangat berharga bagi seorang Specialist. Bahkan untuk seorang Mila yang dekat dengan Shira, meminjamkannya cincin itu adalah keputusan yang bisa dibilang berani. Tak ada yang tahu apakah Shira akan kembali dengan cincin itu.

Biasanya, magic item yang berhubungan dengan Specialist dijual di toko-toko desa tingkat tiga sekali pun. Namun Desa Badril hanya menjualnya dengan kualitas rendah, dan harganya pun beberapa puluh keping emas jadi Shira belum mampu membelinya dengan uang saku yang diberikan keluarga.

Magic item itu sangat berharga bagi seorang petarung. Dengan menggunakannya, petarung bisa melihat statusnya bahkan dalam pertarungan sekali pun. Ia bisa melihat berapa sisa hit point-nya dan juga mana point yang tersisa. Bahkan, ia bisa melihat stats atributnya dengan mudah, sangat berguna untuk mereka yang naik level di tengah-tengah medan pertempuran, guna untuk mengalokasi stats point yang mereka dapatkan setelah naik level ke beragam atribut seperti strength dan agility.

Setibanya ia dikaki gunung tempat tangga itu berada, banyak sekali kios dan pedagang kaki lima yang menjajakan bekal, ramuan, serta yang menjual senjata. Ada pula mereka yang memiliki kelas Merchant akan menjual serta membeli hasil buruan para petarung yang nantinya turun dari gunung. Mereka datang pagi-pagi sekali, karena tempat berdagang yang bagus selalu diperebutkan mereka yang tak memiliki bantuan pihak ketiga.

Saat Shira berjalan ke arah tangga, banyak orang yang menyadari kehadirannya. Para pedagang serta petarung yang memiliki kepribadian suka bergosip pun langsung membicarakannya dari belakang.

“Bukannya dia Shira yang cacat itu?”

“Ngapain dia di sini? Monster terlemah di gunung ini berlevel 5. Di hutan pun lebih kuat lagi.”

“Barangkali mau numpang party. Katanya duelnya sebentar lagi. Beneran tuh anak, ampas begitu bisa ditunangin sama cewek jenius yang dateng setiap seratus tahun sekali. Apa mukanya Yashura terlalu tebal sampai-sampai gak tau diri segitunya?”

“Dia masih level 3. Katanya mau duel lawan Tuan Muda Blackwood yang sudah dapet kelas Knight. Cari malu aja.”

“Mn. Kalau Tuan Muda Blackwood yang nikah sama Bhela Malikh aku masih bisa terima. Tapi kalau yang cacat begitu... ah!”

Shira bisa mendengar percakapan itu. Mereka tak ambil pusing untuk memelankan suara mereka, sengaja membuatnya sampai terdengar oleh Shira.

Tetapi air muka Shira tak bergerak. Ia hanya membiarkan cemoohan itu seperti angin berlalu. Yang hanya membuatnya marah adalah mereka ikut membawa nama-nama Keluarga Yashura. Untuk saat ini, ia sama sekali belum memiliki hak untuk membuat mereka diam.

Tapi ketika nanti ia memenangkan duel itu, ia akan memastikan semua orang tak akan pernah menjelek-jelekkan nama Yashura lagi!

Di sebuah kios yang cukup bergengsi di situ, seorang pemuda berumur dua puluhan dan juga seorang gadis cantik bertubuh kecil pun secara tidak sengaja mendengar cemoohan itu.

“Apa begini mereka menyikapi Tuan Muda Yashura?” tanya Jerrin Yurin dengan nada kesal.

Ia adalah murid pribadi dari Baront Staterwind, dan Baront mengatakan ia sangat ingin untuk mengangkat Shira sebagai murid. Karena itu, orang-orang mencemooh Shira terasa seperti orang-orang mengatai adiknya sendiri.

“Tuan muda, Anda sepertinya gak lama berada di sini, jadi gak tau reputasi Shira Yashura. Dia sama sekali gak punya talenta, jadi banyak sekali yang cemburu tentang pertunangannya dengan Bhela Malikh,” kata penjaga kios.

“Gak punya talenta? Kamu gak tau bahkan guruku saja sampai sebulan lebih menginap di Yashura untuk bersiap-siap mengangkatnya menjadi murid. Dilihat dari mananya Tuan Muda Yashura gak punya talenta?”

“Mungkin... guru Anda yang buta?” penjaga kios itu menekan kata ‘buta’ dengan suara rendah, karena dalam hatinya ia mengejek guru tolol ini.

“Beraninya!” bahkan sebelum Jerrin sempat berkata, Merly sudah membentak dengan suaranya yang mungil dan terdengar manis.

“Merly, sepertinya masih banyak kios yang harus kita kunjungi,” dengan begitu Jerrin mengajak Merly untuk mengajakkan kaki dari kios itu. Si penjaga kios sadar ia sudah tak sopan pada pelanggan, mereka yang banyak membeli ramuan pula. Jadi ia hanya bisa menyesal karena tak mengejek guru tolol itu dalam hatinya saja.

Jerrin dan Merly menjungi beberapa kios dan toko, membeli beberapa ramuan dan bekal, kemudian mendekati Shira untuk memberikan separuh barang yang mereka beli.

“Terima kasih, Mas Jerrin, Mbak Merly. Aku akan menggunakannya sebaik mungkin,” Shira sedikit malu menerima pemberian dua anak orang kaya ini. Tetapi apa boleh buat, ia lagi membutuhkan bekal dan ramuan-ramuan seperti ‘Lesser Healing Potion’ serta ‘Body Strengthening Elixir’ untuk bekalnya hunting nanti.

“Gak perlu berterima kasih. Guru memintaku untuk menjagamu selama di sini.”

Jerrin memberikan Shira sebuah kertas yang jika disobek akan langsung memberikan sinyal padanya dan ia akan langsung tahu lokasi Shira berada di mana. Ia meminta Shira untuk menggunakannya jika dia dalam bahaya, dan Jerrin akan langsung membantu.

Setelah itu, Shira berpisah dengan Jerrin dan Merly yang pergi duluan untuk hunting di hutan mencari monster berlevel cukup tinggi. Sebelumnya, Shira mengatakan tak akan ikut dengan party dua anak Yurin itu. Ia bilang akan membutuhkan waktu sendirian untuk menyempurnakan skill-nya, jadi akan menjadi beban jika berada dalam tim.

Namun alasan sebenarnya adalah... ia masih merasa bersalah atas kejadian pelecehan Arwah Baik Hati terhadap Mama Ross waktu itu. Sikap Merly menjadi aneh padanya. Jelas ada amarah di mata gadis bertubuh kecil itu tetapi ia tak berani melototi arwah yang sejak tadi berkeliling entah mencari apa.

“Ross sejak tadi gak pernah keluar,” pikir arwah itu dalam hati. “Cewek-cewek di sini pada standar. Cewek Yurin itu cakep tapi dadanya rata. Sayang sekali, ah!”

Arwah Baik Hati menoleh ke sana kemari, mencari-cari wanita atau gadis cantik adalah kebiasaannya. Jadi ketika ia menemukan gadis yang paling cantik di situ, ia bergerak mendekati Shira.

“Bocah, tunanganmu ada di sini.”

Shira ikut menoleh ke arah di mana arwah itu menatap. Ia melihat dua gadis dikerumuni laki-laki terbaik Desa Badril berdiri di situ.

Gadis itu adalah Bhela Malikh, dan di sebelahnya adalah gadis asing yang berpakaian mahal dan bercorak bunga-bunga berwarna merah muda. Ia adalah Lyla Blackwood, sahabat dekat Bhela.

Di sisi lain, tak ada yang menyadari kehadiran Shira menatap ke arah mereka kecuali Lyla Blackwood. Gadis itu mendekatkan wajahnya ke kuping Bhela dan bertanya:

“Bukannya anak itu tunangan kakak?” Lyla sudah sering mendengar Shira dan karakteristiknya, jadi ia langsung bisa mengenali pemuda itu.

“Hmm?” Bhela menoleh ke arah Shira yang memalingkan wajahnya untuk menghindari kontak mata. Melihat pemuda itu sendirian berada di sini, ia pun melangkah ke arah Shira.

“Mas Shira, apa Mas sudah punya party?” tanyanya dengan senyum kecil di wajahnya. Ia mencoba untuk tak dingin seperti biasa, namun aura seorang ratunya masih ada di sana. “Bagaimana kalau ikut dengan kami?”

Pemuda-pemuda yang mengikuti Bhela dari belakang awalnya tak mengerti mengapa Bhela mendekati Shira. Walau pun mereka dikabarkan bertunangan, tetapi mereka bisa dibilang tak pernah berinteraksi sebelumnya. Jadi hal itu membuat mereka merasa tak senang.

“Hmph, buat apa satu party dengan beban?”

“Anak ini hanya memakan experience, mending kalau berguna gak apa-apa!”

Belum sempat Shira menjawab, anggota party yang lain sudah mengomel tak senang. Tapi Bony, ketua party yang merupakan seorang Knight level 11 melihat mystic bag di pinggang Shira. Mystic Bag itu adalah milik Mila yang ia pinjamkan kepada Shira.

Melihat sekilas, Shira langsung tak suka pada Knight muda ini. Ia adalah barisan terdepan yang mengejek Shira semenjak kecil, tetapi orang ini hanya tersenyum lebar padanya sekarang.

“Mbak Bhela benar mengajak Shira untuk bergabung ke dalam party kita,” kata Bony. “Semakin banyak orang semakin baik. Tapi kita belum pernah satu tim dengan Shira sebelumnya, jadi belum sempat saling mengenal dan Shira pun belum ada kontribusi untuk mendapatkan kepercayaan party.”

Ia terdiam sesaat, menimbang-nimbang apa saja yang ada di dalam mystic bag Shira.

“Shira, bagaimana kalau kamu membiarkan kami memanajemen ramuan dan scroll sihirmu? Tentu akan sangat berguna untuk party kita nantinya.”

***

<<PREVIOUS CHAPTERNEXT CHAPTER>>