Spirit Conductor: Book 1, Chapter 15



Chapter 15 - Skill Gabungan

“Shira, bagaimana kalau kamu membiarkan kami memanajemen ramuan dan scroll sihirmu? Tentu akan sangat berguna untuk party kita nantinya.”

Shira mengerutkan dahinya, ia melihat senyum pemuda empat tahun lebih tua darinya itu, dan berkata, “sejak kapan aku tertarik ikut party kalian?”

Suaranya terdengar malas dan dingin. Dengan begitu, ia berbalik pergi menaiki gunung.

Berbeda dari sikap biasanya yang angkuh, Bhela mengikutinya dari belakang sambil menjaga jarak. Ia memutuskan untuk berangkat di waktu yang bersamaan dengan Shira, tanpa berkata apa-apa pada anggota party-nya.

Tentu saja anggota yang lain geram. Terutama para pemuda yang lain. Bony dan dua anak buahnya bertekad untuk memberikannya pelajaran nanti, sedang Lyla yang paling dekat dengan Bhela pun ikut mulai berjalan.

Jadi anggota lain mengikuti, terlihat Shira memimpin di depan.

“Kenapa tiba-tiba cewek itu jadi ramah?” komplain Shira kepada Arwah Baik Hati yang mengambang di sebelahnya.

“Jelas dia merasa bersalah.”

“Kejadian di depan gerbang Yashura sudah lama berlalu. Lagipula, kalau aku mengalahkan anak orang kaya itu semuanya bakal beres, bukan?”

“Hmm. Kurasa bukan itu masalahnya.”

“Eh?”

“Aku sudah mengira semenjak begini. Kalau informasi kelas unik cewek itu kesebar, sudah pasti keluarga bangsawan lain juga ikut tertarik tentang cewek yang namanya Bhela ini. Black—apalah itu pasti merasa tertekan makan malam mereka diincar orang lain, jadi mereka agak sedikit agresif.”

“Ada kejadian apa?”

“Ayahnya cewek itu katanya diracuni.”

Shira mengangkat alisnya. Ia tak pernah mendengar masalah tentang itu. Yang ia dengar hanyalah Kepala Keluarga Malikh tiba-tiba jatuh sakit.

“Sebenarnya, itu cuma rumor. Tapi saat aku mendengar gejala yang diderita ayahnya, aku yakin itu racun langka berelemen campuran poison dengan chaos. Jadi selain merusak fisik korban, racun itu juga mengikis mentalnya perlahan-lahan. Selain itu, elemen chaos membuat racun tersebut sulit dideteksi Healer atau Alchemist biasa yang jarang berurusan dengan elemen chaos.”

Shira tahu kebiasaan Arwah Baik Hati adalah membuka telinganya lebar-lebar pada lingkungan sekitarnya, jadi ia tak merasa heran jika arwah itu lebih peka terhadap informasi dunia luar ketimbang Shira.

Jadi mengapa Bhela merasa bersalah padanya? Jawabannya jelas. Jika Blackwood berani mengambil tindakan pada ayah Bhela, bukankah ayah Shira yang sedang bertugas di luar, sebagai sasaran yang lebih empuk, akan lebih diprioritaskan oleh Blackwood?

Cepat-cepat Shira membuang rasa khawatirnya. Satu dua hal ia tahu tentang ayahnya dan ia pun mengerti ayahnya bukanlah orang yang muda diinjak begitu saja.

Ia menoleh ke belakang melihat grup yang mengikutinya. Bhela dan Lyla sedang tenggelam dalam obrolan gadis mereka, dan anggota laki-laki yang lain sedang melototi Shira penuh dengan niat tak baik.

Melihat itu, Shira hanya mengangkat bahunya. Kemudian menikung tajam memasuki semak belukar gunung itu.

“Ke mana kamu pergi?” tanya Bhela melihat sosok Shira yang tiba-tiba menghilang begitu saja.

Tak ada jawaban dari Shira.

“Kak Bhela, mengapa anak itu masuk ke situ? Bukannya kata kakak tempat itu penuh dengan monster-monster merepotkan?”

“Aku juga gak tau. Sepertinya dia gak suka dengan kehadiran kita,” Bhela menjawab pertanyaan Lyla Blackwood sambil menggeleng-geleng pasrah.

“Terus kenapa kita harus mengikutinya sejak tadi? Bukannya anak itu kelihatan sombong?”

Bhela tak menjawab. Ia pun sesekali bersikap dingin seperti itu, tetapi tak pernah di depan Lyla. Jika ia komplain bila ada orang yang bersikap dingin pada dirinya, terutama yang sudah tersinggung oleh sikapnya di depan gerbang kediaman Yashura waktu itu, maka sebenarnya ia tak punya hak sama sekali.

“Biarkan saja anak itu. Kalau dia gak menyadari kemampuannya itu urusannya sendiri. Aku yakin jika dia kembali ke desa dengan nyawanya saja sudah beruntung.”

Saat ini, Bony sebagai ketua party berkata dan akhirnya berjalan memimpin regu itu. Ia menolehkan sedikit kepalanya dan melihat dari sudut matanya, dua anak buahnya berjalan memasuki semak belukar mengikuti Shira tadi.

Senyum dingin terangkat di garis bibirnya.

***

“Kubilang padamu, jika kamu menggunakan kesempatan ini untuk membuat fondasi kamu gak bakal menyesal. Skill ‘Water Flowing Style’-mu akan terasa lebih ringan dan mantap.”

Arwah Baik Hati sesekali berceloteh, Shira hanya diam mendengarkannya sambil berjalan mencari monster untuknya latihan.

“Kamu sudah menyiapkan tiga skill yang kubilang waktu itu?”

“Mn,” Shira mengangguk, kemudian mengangkat kepalan tangan kirinya, cincin di jemarinya pun bersinar. “Skill Info!”

[Open Wound] – Silver Rank Skill LVL 1 (0%)
“Menggunakan ketepatan serangan untuk merusak sistem peredaran darah musuh, membuat lukanya sukar membeku.

Effect: Menghentikan regenerasi HP musuh. Juga 18% kesempatan (kesempatan bergantung pada DEX) untuk menimbulkan serangan 8 damage per detik selama 4 detik. (Efek DPS tak bisa ditimpa)

Membutuhkan:
[*] Senjata ringan seperti dagger, short sword, katar, dll.
[*] 2 poin stamina.”


[Mana Break] – Silver Rank Skill LVL 1 (0%)
“Serangan fisik menyumbat aliran mana musuh, dan menyebabkan ledakan kecil dalam tubuhnya yang mengakibatkan rasa sakit dan menghilangnya sebagian mana.

Effect: Menghapus 4 poin mana setiap kali serangan, menyebabkan 120% damage berdasarkan mana yang terhapus.

Membutuhkan:
[*] 3 poin mana.”


[Stamina Drain] – Copper Rank Skill LVL 1 (0%)
“Setiap serangan sukses menyentuh musuh akan mengurangi beberapa poin stamina-nya.

Effect: Mengurangi 5 poin stamina musuh setiap kali serangan menyentuh fisik musuh. Gerakan musuh serangan dan kecepatan lari musuh akan melambat sebanyak 15% untuk 7 detik ke depan.

Membutuhkan:
[*] 2 poin stamina.
[*] 2 poin mana.”


Shira memeriksa kembali ketiga skill yang dimaksud Arwah Baik Hati. Skill-skill itu berbeda dengan ‘Water Flowing Style’ yang agak spesial, ketiga skill ini adalah skill tingkat dan efek biasa namun sangat jarang dilihat oleh petarung benua ini.

“Selain membuat fondasi untuk ‘Water Flowing Style’, tugasmu kali ini adalah menggabungkan skill-skill ini. Jika digunakan bergantian mungkin mereka akan sedikit berguna untuk serangan fisiku, tetapi jika digabungkan untuk membuat skill baru maka efeknya akan berkali-kali lipat lebih baik!”

Tepat pada saat itu juga, seekor ular melilit di pohon tak jauh dari mereka. Ukurannya cukup besar seperti ular piton. Arwah Baik Hati melihat hewan itu dan menunjuknya dengan jari telunjuk.

“Coba periksa satu per satu skill-skill itu. Beradaptasi sedikit dan kamu akan menemukan petunjuk cara menggabungkan mereka.”

Tak berkata apa-apa, Shira langsung menarik short sword dari sabuknya. Pedang yang mirip katana itu sangat ramping dan ringan. Gagangnya pun sangat nyaman di telapak tangan Shira walau panjangnya sangat pendek jika dibandingkan pedang lain yang sering digunakan.

Ular yang melilit itu sedang mencerna makanannya. Saat Shira mendekat, ia merasakan hawa membunuh yang belum bisa dibilang pekat, namun sudah terasa mengganggu. Ular itu pun menerjang dengan kecepatan tinggi sambil menjulurkan tubuhnya yang panjang ke arah Shira.

Kira-kira saat taring berbisa ular itu hampir beberapa belas centimeter di depan mata Shira, sontak pijakan telapak kaki Shira berputar lembut dan tubuhnya bergeser tanpa harus menggunakan gerakan sia-sia. Serangan ular itu meleset saat kelihatannya ia akan berhasil merusak wajah Shira.

Tetapi pemuda itu dengan mudah menghindar, terlihat hampir sama sekali tak bergerak kecuali mencondongkan tubuhnya sedikit ke samping dan menghindar serangan mengenai wajahnya. Ular itu terkejut tapi ia tidak tahu Shira barusan menggunakan ‘Water Flowing Style’ secara impuls untuk menaikkan tingkat kesuksesan dodge-nya secara drastis.

Belum sempat ular yang menerjang itu menyentuh tanah, Shira sudah menyabet tubuhnya yang bersisik mengkilap dengan pedang pendek. Seluruh tubuhnya tiba-tiba terasa kesemutan untuk sesaat dan ia merasakan sedikit rasa pegal yang menjalar.

Shira baru saja menggunakan ‘Stamina Drain’.

Gerakan ular itu menggeliat pelan di tanah. Terlihat mengabaikan Shira. Tetapi ia tak ingin melonggarkan waspadanya. Ular ini berlevel 5, dua level di atasnya. Ia tak tahu seberapa tangguh ular ini ketimbang dirinya.

Jadi ia menggunakan kesempatan ini untuk mengukur kemampuannya.

Ular itu pun menoleh ke arah Shira, berdesis dengan ratapan mengancam. Rupanya ia mengakui serangan Shira barusan, dan merasa lebih baik tak berhadapan lagi kalau bisa.

Monster dan hewan buas seperti ini kadang memiliki intelegensi yang cukup baik. Ada dari mereka yang mampu berpikir dan memiliki akal sehat seperti manusia dan bahkan ada pula yang mampu berbicara. Tak jarang dari mereka yang kabur dan mencoba untuk menghindari pertempuran, tapi sayangnya Shira sudah bertekad untuk menjadikan ular ini hewan buas pertama yang dijadikan batu loncatan.

Melihat Shira yang tak bergeming oleh ancamannya, ular itu langsung menyemprotkan bisa beracunnya.

Shira pun merespons, ia masih sempat menghindari semprotan bisanya.

Tetapi itu yang pertama. Dengan cepat ular itu menyemprotkan bisa seperti senapan mesin berkecepatan tinggi, menghitung dan mengikuti arah gerakan Shira.

Jika saja ‘Water Flowing Style’-nya sudah berada di level 3, barangkali tak ada setetes pun yang akan mengenai Shira. Tapi saat level 2 seperti saat ini, sebaik apa pun gerakannya pun masih ada batasannya.

Kulit tangan Shira terkena semprotan bisa racun ini. Langsung memerah dan jaringan kulitnya menjadi mengering dan pecah-pecah. Racun yang terkena kulit lebih lemah daripada racun yang masuk ke peredaran darahnya. Tapi tetap saja, hit point Shira berkurang cukup banyak dari serangan ular ini.

“Ular ini bertipe ofensif, jadi jangan terlalu dipikirkan kalau serangannya terlalu sakit. Lagi pula dia 2 level di atasmu.”

Arwah Baik Hati menanggapi ketika melihat pijakan Shira yang sudah tak mantap lagi. Ia melihat pemuda Yashura itu merasakan bahaya dari ular itu.

Tetapi Shira tak mengetahui walaupun ular ini memiliki daya serang yang tinggi, sebenarnya tingkat pertahanan dan total hit point-nya sama sekali bukan masalah. Jadi Arwah Baik Hati menyarankan Shira untuk menggunakan skill serang lainnya untuk memimpin keadaan sekali lagi.

Shira pun meninggalkan kuda-kuda bertahannya dan mulai menyerang. Sebisa mungkin menghindari serangan beracun ular tersebut, ia seperti orang gila menggunakan ‘Mana Break’ terus-menerus dan secara serius menguras mana yang ada di dalam mana sphere ular tersebut.

Beberapa menit kemudian, Shira sempat beberapa kali terkena serangan berkecepatan tinggi ular tersebut. Namun di sisi lain, serangan itu sudah tak memiliki bisa berdaya serang elemen poison yang dapat membahayakan Shira lagi, karena mananya sudah habis oleh Shira.

Cara terbaik untuk mengalahkan monster bertipe ofensif adalah melenyapkan kesempatan untuk melancarkan serangan terbaiknya. Oleh karena itu, ular itu pun dapat dibunuh Shira dengan mudahnya.

Beberapa detik setelah ular itu tak bernyawa lagi, asap tipis muncul dari mayatnya. Asap tersebut membentuk persis rupa ular tersebut, melayang di udara seperti ada tangan tak terlihat tengah menariknya.

Shira melihat hal ini dengan takjub. Arwah ular itu tengah menatapnya dengan kebencian yang dalam, tapi sudah tak mampu berbuat apa-apa lagi.

Setelah itu, dari dalam tubuh arwah ular tersebut keluar benang-benang tipis yang diserap oleh tubuh Shira. Mata pemuda itu berbinar-binar melihat hal ini, ia sama sekali belum pernah mendengar atau membaca fenomena seperti ini, apalagi melihatnya.

“Ini yang terjadi kalau monster dan hewan buas dibunuh petarung,” kata Arwah Baik Hati itu menjawab pertanyaan dalam hati Shira, “semua monster yang dibunuh harus meninggalkan separuh kekuatan yang ada di dalam mana sphere-nya kepada manusia yang membunuhnya. Begitu juga sebaliknya. Ini sudah ketentuan semenjak dulu. Apa kamu gak pernah bertanya-tanya dari mana experience point petarung bisa datang setelah membunuh monster? Jangan bilang kamu pikir experience point itu tiba-tiba jatuh dari langit.”

Shira mengerti. Orang-orang yang bisa melihat arwah seperti dirinya sangat langka di dunia ini, oleh karena itu pengetahuan seperti ini bukanlah hal umum. Petarung hanya memikirkan setelah mereka berhasil membunuh monster atau hewan buas, mereka akan mendapatkan experience point. Jarang dari mereka yang bertanya-tanya semua itu berasal dari mana.

“Jadi kamu sudah mengerti sedikit sekarang tentang fundamental dari skill ‘Mana Break’? Skill ini cocok untuk mengalahkan musuh yang mengandalkan serangan yang membutuhkan mana. Tapi jika kamu mengerti fundamentalnya, akan lebih mudah menggabungkannya nanti dengan skill yang lain.”

Shira mengangguk. Ia pun mengambil mayat ular itu dan menaruhnya dalam ruang mystic bag-nya. Daging, darah, kulit, dan kelenjar racunnya yang sudah padam masih bisa sedikit diekstrak dan berharga lumayan cukup tinggi. Ia bisa mendapatkan total satu dua keping emas dari seekor bangkai ular ini.

Setelah itu, Shira beristirahat sebentar sambil meminum ramuan untuk mengembalikan mana dan hit point-nya yang hilang, kemudian baru mencari musuh lainnya. Tiga puluh menit berlalu, ia bertemu seekor serigala berbulu abu-abu.

Serigala tersebut memiliki kelincahan dan kecepatan lari tinggi. Tapi hanyalah gerakan amatiran di depan skill ‘Water Flowing Style’. Shira menggunakan ‘Stamina Drain’ selama bertarung dengan serigala ini, dan ia pun cepat mengambil alih keadaan ketika stamina serigala itu mulai habis dan kelincahannya bertarung menurun drastis. Saat itu juga, Shira menggunakan gerakan terbaiknya untuk menghabisi serigala tersebut.

-41 *Critical Strike!!!*

Serigala tersebut tewas saat pedang pendek Shira menancap ke tenggorokan serigala itu. Hewan buas itu tak bisa berbuat apa-apa lagi, gerakannya sempoyongan dan tubuhnya pun ambruk. Serigala tersebut sengsara dan tubuhnya kejang-kejang karena darahnya mengucur deras dari tenggorokan.

-15...
-13...
-19...

Pelan-pelan hit point serigala itu berkurang dengan sendirinya.

Matanya pun pelan-pelan kehilangan cahayanya dan akhirnya ia tewas.

“Aku menggunakan serangan biasa tapi efeknya mirip ‘Open Wound’. Apa efek critical strike memang seperti ini?” tanya Shira kepada Arwah Baik Hati sambil menatap arwah serigala itu memberikan energi mana sphere-nya.

“Hmm, agak sulit dijelasin. Yang jelas itu bukan efek critical strike, kalau tenggorokanmu dipotong ya yang pasti pelan-pelan kamu bakal mati. ‘Open Wound’ juga prinsipnya sama. Itu skill intinya membunuh sampai musuh kehabisan darah. Mengerti?”

“Kalau begitu bukannya lebih baik serang begini terus?”

“Hmph! Tau apa kamu bocah. Baru beruntung saja sudah arogan.”

“Arogan apanya coba?”

“Kamu barusan beruntung lolos pelindung itu. Biasanya yang monster mati dengan cara barusan itu jarang sekali, kecuali yang bunuh pakai teknik dan skill tertentu.”

Shira mengerutkan alisnya. “Kenapa?”

“Kamu sekarang terlalu lemah untuk tau alasannya. Pokoknya ada pelindung supaya petarung membunuh langsung menargetkan tempat vital musuhnya. Kalau memang kena, paling cuma keluar critical strike.”

Shira terdiam tak bertanya lagi. Arwah Baik Hati pun tersenyum masam.

“Nanti aku bakal mengajarkanmu cara menggunakan deadly strike. Kalau kamu bisa membuat skill gabungan yang bagus, akan aku pertimbangkan.”

Setelah itu, Shira menaruh mayat serigala itu di mystic bag-nya. Ia berjalan lagi bersama Arwah Baik Hati untuk memburu hewan buas lainnya.

Empat jam kemudian, Shira bertemu dengan delapan serigala lain dan juga lima ular berbisa tadi. Ular berbisa biasanya memiliki level antara 4 sampai 6, sedangkan serigala ada yang dari level 2 sampai yang paling tinggi berlevel 8.

Saat Shira melawan serigala terkuat itu, ia sedikit kewalahan. Serigala tersebut memiliki banyak bekas luka di tubuhnya dan nampak jelas memiliki banyak pengalaman bertarung. Karena itu, Shira tak heran bila akurasinya lebih tajam serta gerakan lincahnya lebih licin daripada serigala yang lain. Ia memanfaatkan efek dari ‘Water Flowing Style’ semaksimal mungkin, sampai muncul tanda-tanda seperti ada riak air di tanah pijakan kakinya.

Arwah Baik Hati yang melihat itu, langsung tersenyum. Shira berada di ambang batas level skill itu.

Rupanya pengalaman bertarung melawan hewan buas veteran seperti serigala berlevel 8 ini sangat menguntungkan baginya.

Pertarungan itu sangat sengit. Shira dua kali terkena serangan walau sudah memiliki rating dodge yang menggila karena skill pasifnya. Hit point-nya langsung jatuh, memaksanya untuk meminum healing potion untuk mengembalikan hit point-nya yang hilang sembari menghindar-hindar dari gigitan dan cakar serigala tersebut.

Namun di sisi lain, karena serigala tersebut condong fokus menyerang, Shira dengan teliti mencari kesempatan untuk melakukan counter attack. Setiap serangan Shira sangat berharga, dengan sempurna ia mengirim ‘Stamina Drain’ dan pelan-pelan menghabiskan stamina serigala itu sambil membuat gerakannya sedikit melambat beberapa detik.

Setelah hampir tiga puluh menit saling menghindar dan bertukar serangan, Shira pun memenangkan pertempuran. ‘Stamina Drain’ sangat sempurna untuk pertarungan lama melawan musuh yang mengandalkan serangan fisik.

Tapi kemenangan Shira tidaklah mudah. Jika saja orang biasa yang berlevel 3 menantang hewan buas berlevel 8 seperti ini, sudah bisa dipastikan ia akan mati. Karena beruntung Shira dari dua serangan yang ia terima dari serigala itu, kedua serangan tersebut bukanlah serangan beruntun dan ia masih sempat memulihkan hit point-nya dengan ramuan.

Kalau tidak begitu, dua serangan akan membuatnya kritis. Yang membuatnya khawatir adalah jika hit point-nya kritis seperti itu makan besar kemungkinan ia akan mendapatkan status debuff yang mengurangi kecepatan gerakannya, bahkan jika sangat parah akan memadamkan efek ‘Water Flowing Style’-nya. Jika itu terjadi maka ia akan mati di tempat kecuali Arwah Baik Hati yang dengan ekspresi malas dari tadi menontonnya bergerak untuk menyelamatkan Shira.

Beberapa jam berikutnya ia tak menemukan musuh yang kuat lagi. Walau semua musuh berlevel di atas level Shira, jika ia berhati-hati dan beristirahat sebentar sesudah pertempuran ia akan dengan mudah memenangkan pertempuran berikutnya.

Shira bernapas lega, jika ia berhati-hati dan beristirahat sebentar sesudah pertempuran ia akan dengan mudah memenangkan pertempuran berikutnya.

Semua mayat hewan buas yang ia bunuh ia masukan ke dalam mystic bag-nya.

Ketika sore menjelang, Shira hendak mencari tempat yang cocok untuk melewati malam. Dalam mystic bag-nya ia menyiapkan tenda jadi ia ingin tidur nyenyak setelah ini. Yang membuatnya merasa tak nyaman adalah keberadaan hewan buas lain yang ia belum temui sebelumnya, seekor gorila berbadan besar, serta dua orang yang sejak tadi mengikutinya.

Sejak awal ia tahu dua orang dari party tadi mengikutinya dari belakang. Yang membuatnya menyeringai mengejek, tapi ia bersikap seolah-olah tak tahu. Jika saja Shira menunjukkan kelemahannya bertarung melawan hewan buas berlevel lebih tinggi darinya, dua orang itu pasti dari tadi sudah menyerangnya.

“Gorila itu memiliki hit point tinggi dan regenerasinya pun lumayan cepat. Tapi serangannya cuma standar dan gak punya skill kecuali ‘Bash’. Kali ini, mengandalkan ‘Open Wound’ akan sangat cocok untuk melawan si gorila,” kata Arwah Baik Hati.

***

<<PREVIOUS CHAPTERNEXT CHAPTER>>