Spirit Conductor: Book 2, Chapter 29



Chapter 29 - Rune Grand Master

Shuro, ketika melihat Gyl, air mukanya langsung tenggelam. Ia yakin arwah ini adalah arwah yang dimaksud Baront Staterwind sebelum ia pergi dari kediaman Yashura.

“Kesalahan logika apa yang kamu maksud?”

Seseorang ingin menjatuhkannya saat ia baru pulang ke keluarganya. Nada Kakek Lharu menjadi tak nyaman di dengar.

“Kamu bilang kamu menjinakkan Naga Danau Doba dengan sekali tepuk?” ada seringai mencemooh di sela-sela kata Gyl.

“Memangnya kenapa?”

“Naga Danau Doba adalah hewan buas yang sangat angkuh. Mereka gak bakal merundukkan kepala semudah itu, kecuali calon pemiliknya adalah manusia yang memiliki inteligensi tinggi. Di dunia ini, hanya Rune Master tingkat tinggi yang mampu menjinakkan Naga Danau Doba.”

“Kamu bilang aku gak bisa karena bukanlah seorang Rune Master? Hmph! Salah! Asal tau aja. Aku Rune Master tulen semenjak belum berbulu!” Kakek Lharu cepat-cepat membalas ketika mendengar nada arwah di depannya semakin lama semakin meragukan dan mengejek.

Rune Master miskin dan berwajah kampungan? Gyl hampir tak pernah mendengar hal seperti itu. Jika tidak menghitung Gonzales temannya, tak ada satu pun manusia yang memiliki deskripsi seperti itu dalam benaknya.

Berbicara tentang Naga Danau Doba, Gyl jadi ingat dulu Gonzales menjinakkan seekor Naga Danau Toba. Saat itu ia sangat senang sekali dan memamerkannya ke seluruh desa. Besoknya, Gyl diam-diam meminjam Naga Danau Toba tersebut. Tak ada salahnya kan bila meminjamnya bila besok bisa dikembalikan?

Sayangnya, tiba-tiba naga itu menjadi demam panas ketika bersama Gyl. Panik, ia memberikan banyak obat dan ramuan herbal untuk menyembuhkan si naga. Tapi tiga jam kemudian, karena entah mengapa bisa menderita mencret kronis, Naga Danau Doba peliharaan Gonzales meninggal di tempat.

Waktu itu, Gyl tak menunjukkan wajahnya di toko Gonzales selama empat tahun.

“Bahkan Rune Master tingkat tinggi sekali pun gak bakal mampu menjinakkan Naga Danau Doba semudah menepuk jidatnya. Apa kamu mau bilang, kakek kampungan sepertimu adalah seorang Rune Master yang lebih hebat daripada Rune Master tingkat tinggi?”

Merasa dizalimi, mata Kakek Lharu memerah dan darahnya terbakar-bakar.

“Itu benar! Jika dibandingkan denganku, Rune Master tingkat tinggi adalah sampah! Aku adalah yang terbaik jika kamu ngomongi rune! Karena aku adalah seorang Rune Grand Master!!!”

Saat kakek itu menyebut dirinya sebagai Rune Grand Master, semua orang langsung menjadi diam.

“Rune Grand Master?”

“Seorang Yashura adalah Rune Grand Master?”

Suasana hening dilapisi oleh pertanyaan tersebut.

“PPfftt—”

Namun tiba-tiba saja, sebuah suara tawa yang tertahan menyita seluruh perhatian. Semua mata menoleh, melihat seorang pria yang langsung menutup mulutnya karena merasa telah keceplosan.

“Kamu! Apa kamu gak percaya kalau aku adalah Rune Grand Master?”

“Aku percaya Kakek Lharu adalah Rune Grand Master. Seratus persen percaya!” pria itu cepat-cepat mengoreksi kesalahannya di depan kakek dari kepala keluarganya ini.

“Terus kenapa kamu nahan ketawa?”

“Saya sedang niup nyamuk barusan, kek!”

“Kamu seharusnya percaya. Karena selain Rune Grand Master aku adalah.... Pendekar Pedang Kidal.... Swordsman terbaik Benua Tiramikal seribu tahun belakangan ini!”

“Pfffftt—”

“SIAPA?! SIAPA YANG NERTAWAIN AKU BARUSAN?!” raung Kakek Lharu. Matanya melotot merah karena kalap. Urat muncul di leher dan keningnya. Saat ini, ia benar-benar kehilangan emosinya.

Di tengah-tengah kerumunan, Shuro tersenyum masam dan mengeluarkan batuk kering.

“Huk uhuk uhuk....”

“Kamu.... cucu kurang ajar....”

Di belakang kerumunan, Mila tengah mendorong kursi roda. Shira tengah duduk di kursi roda tersebut dengan perban di seluruh tubuhnya.

“Tuan Muda Shira sudah bangun!” seru seorang anggota keluarga yang melihatnya.

“Shira sudah bangun?” tanya para Dewan Keluarga melihat ke arah Shira. Yang paling gembira adalah Shuro Yashura.

Kakek Lharu yang kehilangan emosinya menoleh, melihat seorang pemuda yang kondisinya memprihatinkan.

“Shira?” tanyanya dengan tatapan melembut.

Shira tersenyum melihat kakek itu. Mila mendorong kursi rodanya mendekat ke si kakek.

“Shira dengar Kakek Lharu baru saja pulang. Selamat datang kembali,” kata Shira sambil tersenyum.

“Kamu anak baik,” kata Kakek Lharu tersenyum sambil mengangguk-angguk. Sikap Shira penuh hormat tapi masih ramah hingga membuat Kakek Lharu merasa diterima di sini.

“Nak, siapa yang membuatmu sampai bisa separah ini?” tanya si kakek melihat Shira saja sampai kesusahan berdiri.

“Masalah sepele. Aku sudah melupakannya,” kata Shira santai. Jika ini empat hari yang lalu, Shira pasti menaruh dendam membara kepada Raja Gorila. Tapi selama di laut, tiga puluh tahun lebih berlalu, Shira sudah tak peduli tentang hal itu.

“Gak bagus, gak bagus,” kata Kakek Lharu menggeleng-geleng. “Sebagai seorang pria, kamu harus berdiri gagah untuk dirimu sendiri.”

“Benar sekali. Kalau begini terus, gak ada cewek yang mau sama kamu,” cetus Mila.

“Aku sudah punya tunangan. Buat apa cari lagi,” kata Shira dengan nada bercanda.

“Tunanganmu direbut orang lain baru tau rasa, hmph!”

Saat ini, Shuro Yashura juga bertanya kepada Shira, "Shira, apa gak kenapa kamu keluar sekarang? Lebih baik istirahat di ranjang dulu. Tulangmu banyak yang patah. Ramuan Nenek Tilang bahkan belum meresap penuh dalam tubuhmu. Aish!"

Nenek Tilang Yashura adalah Alchemist Tier-2 Keluarga Yashura, sekaligus anggota Dewan Besar. Kemampuan meraciknya tak seunggul Alchemist di desa tingkat dua tapi untuk mengobati luka diderita Shira ia rupanya masih sanggup.

"Terima kasih sudah memperingati, Paman Shuro. Aku sekarang sudah merasa baikan."

"Baikan matamu!"

Semua orang bisa melihat kondisi Shira masih saja memperihatinkan.

Tapi memang benar Shira merasa baikan semenjak jiwanya kembali dari laut. Energi kabut ungu di dalam tubuhnya meredakan rasa sakit. Tapi ia tak bisa membuang fakta bahwa tubuhnya sudah setengah hancur sekarang.

"Cucu Shuro, ada apa dengan Shira, siapa yang membuatnya seperti ini?"

"Dia kena amukan Raja Gunung empat hari yang lalu."

"Siapa itu Raja Gunung? Beraninya dia membuat buyutku sampai seperti ini?"

Seseorang memberitahu tentang Raja Gorila yang mengamuk kepada Kakek Lharu. Langsung saja ia murka dan bergegas ke atas gunung malam ini.

"Tapi... bukannya melanggar aturan kalau senior seperti Kakek Lharu ikut campur dalam masalah monster elite?"

"Raja Hutan bahkan gak menindaki Raja Gorila. Orang-orang desa pada kecewa. Mereka bahkan mencoba untuk menyelesaikan masalah ini. Sudah empat hari. Apa bedanya kalau Kakek Lharu yang datang?"

"Tapi apa dia bakal baik-baik saja? Lihat, Kakek Lharu orangnya kurus seperti itu. Apa dia benar-benar gak apa-apa?"

"Gak apa-apa lah. Dia kan pendekar pedang paling sakti di benua ini."

"Pfftt--"

Cucu-cucu kurang ajar. Mereka pikir dengan berbisik-bisik Kakek Lharu tak bisa mendengar mereka?

Tapi ia tak memperdulikan mereka sekarang. Ia bergegas keluar gerbang Yashura. Pesta kepulangannya selesai begitu saja.

"Kakek Lharu lucu juga ya, hihi," kata Mila sambil cekikik kecil.

Shira tersenyum. Ia melihat punggung Kakek Lharu yang pergi menjauh.

"Bukannya itu keren? Keluarga kita punya tokoh legendaris seperti Kakek Lharu. Aku sudah sering membaca cerita tentang Pendekar Pedang Kidal di perpustakaan."

"Wisdom-mu naik cuma gara-gara baca yang seperti itu?" Mila masih mempertanyakan masalah wisdom Shira yang terlalu tinggi.

"Hehe," Shira hanya tersenyum masam menghadapi omelan kakaknya.

"Lagian, apa kamu percaya omongan Kakek Lharu? Seorang Rune Grand Master dan pendekar pedang terbaik? Hmph, hmph. Reputasi keluarga kita bakal anjlok lagi kalau Kakek Lharu membual seperti itu di luar."

"Aku percaya pada Kakek Lharu. Seenggaknya pas dia bilang kalau dia adalah Pendekar Pedang Kidal, aku percaya."

"Apa otakmu sudah miring?" ketus Mila.

Shira tak menjawab. Bagaimana ia tak mempercayai omongan Kakek Lharu jika ia merasakan sesuatu yang tak asing keluar dari tubuhnya?

"Aura yang kurasakan di laut. 'Water Flowing Style', entah kenapa Kakek Lharu bisa mempelajarinya tapi sekarang skill-nya sudah mencapai level 6," kata Shira dalam hati.

Pendekar Pedang Kidal terkenal karena tak bisa dilukai oleh lawan tandingnya. Bahkan legendanya ia pernah menghindari sepuluh ribu anak panah yang menyerangnya bertubi-tubi.

Jika bukan karena skill seperti 'Water Flowing Style'-nya sudah mencapai level 6, bagaimana mungkin ia bisa segesit itu mengelak semua serangan dan mencapai puncak legendanya?

"Kurasa 'Water Flowing Style' ini sangat misterius. Kalau aku bisa mencapai puncaknya, aku yakin bisa kembali ke laut dan membawa pulang Kesadaran Laut," desah Shira.

Kesadaran Laut... puluhan tahun bersamanya, sekarang ia merasa rindu dan kosong.

Tapi sekarang ia bisa merasakan keberadaan Kesadaran Laut. Ia menoleh, melihat ke arah kediaman Malikh.

Tiba-tiba saja ia mengingat sesosok gadis cantik polos yang ia lihat sedang mandi di danau.

Ia memiliki keinginan kuat untuk mengetahui nama gadis itu.

Lalu tak sengaja dalam benaknya ia mengulang kembali memori itu. Dari awal hingga akhir.

"Shira, woi Shira," panggil kakak sepupunya. "Jangan melamun jorok!"

"Hmm?"

"Tendamu jelas keliatan sedang berdiri!"

"!!!"

***

Saat ini Kakek Lharu baru saja keluar dari gerbang ketika ia dihadang oleh Gyl.

"Apa maumu?!"

"Aku harus memperingatimu, gunung itu terlalu bahaya untuk kakek lemah sepertimu," kata Gyl santai.

"Aku gak lemah! Aku adalah Pendekar Pedang Kidal, level 112 Swodsman TIER 3!!!"

"Beneran? Tadi kamu juga bilang Rune Grand Master. Dua-duanya memang bisa?"

"Bisalah! Secara aku ini orangnya jenius dari kecil."

"Mana buktinya?"

"Bukti? Aku baru pensiun. Kalau kamu mau bukti, silahkan pergi ke Moon Temple. Atau bisa tanya ke Sari Malikh di Keluarga Malikh. Dia temanku semenjak kecil."

"Gimana kalau mereka bohong?"

Urat menimbul di wajah Kakek Lharu saat wajahnya menegang.

"Sebenarnya apa maumu?"

"Aku punya teman seorang Rune Grand Master! Penipu sepertimu mengaku sebagai seorang master sepertinya sama saja kamu menodai namanya!"

"Aku bukan penipu! Kenapa semuanya pada gak percaya padaku?!"

Gyl terdiam. Di wajahnya, terlihat sebuah keraguan terpancar.

"Bagaimana kalau begini. Kamu bisa membuktikan kalau kamu seorang Rune Master kalau kamu bisa memperbaiki ini."

Ia mengeluarkan sebuah gong berwarna hitam dari mystic bag-nya.

"Cuma yang beginian? Kecil!!!"

"Jangan membual. Di benua ini, gak ada yang bisa memperbaiki gong ini lagi," kata Gyl dengan nada menyesal.

"Itu karena kamu belum ketemu aku sebelumnya. Rune yang digambar di sini sudah kadaluarsa tiga ribu tahun yang lalu. Seharusnya masih bisa bertahan dua ribu tahun lagi, tapi karena disembunyikan di dalam mystic bag selama ribuan tahun mengakibatkan energi rune-nya mengalami korosi. Dan lagi, kalau kulihat dari tekstur rune serta karat di gong ini, aku yakin gong ini sudah berusia tiga belas ribu tahun. Kamu pasti bertanya dalam hati mengapa aku bisa tau kan? Penasaran kan? Itu karena aku adalah yang terbaik di benua ini! Rune Grand Master, Pendeta Tinggi Moon Temple!"

Kakek Lharu menjelaskan panjang lebar dengan cepat, air liurnya muncrat lagi ke sana-sini.

"Kamu Pendeta Tinggi Moon Temple?" Gyl agak terkejut. Ia mengingat kembali sebenarnya kakek ini sudah membuka identitasnya tapi ia tak peduli sebelumnya. Diingat-ingat kembali, Gyl pernah mendengar kalau Pendeta Tinggi Moon Temple sangat misterius, tak ada yang tahu dari mana ia berasal, siapa namanya, dan seberapa tinggi kehebatannya sebagai seorang Rune Master!

"Kemarin-kemarin aku Pendeta Tinggi Moon Temple. Tapi aku sudah pensiun sekarang. Intinya, aku adalah Rune Grand Master, terbaik dari yang terbaik di benua ini!" klaim Kakek Lharu sambil membusungkan dadanya.

"Benarkah? Kalau begitu memperbaiki gong ini bukan masalah bagimu?"

"Jika ditulis ulang rune-nya, gong ini akan bekerja lagi. Tapi sayangnya, yang bisa tulis rune itu cuma seorang Rune Grand Master. Aku yakin penulis rune sebelumnya juga seorang grand master."

"Itu benar. Temanku namanya Gonzales. Dia orang baik," ratap Gyl sambil bernostalgia.

"Aku bisa memperbaiki gong ini," kata Kakek Lharu. "Tapi butuh waktu."

"Cih, temanku Gonzales, gak perlu minta-minta waktu. Dua hari kerja langsung beres dia!"

Mata Kakek Lharu merah membara-bara ketika ia direndahkan begitu saja.

"Dua hari, hmph! hmph! Amatir, aku bisa melakukannya dalam satu hari!" kata Kakek Lharu sambil memasukkan gong itu ke dalam mystic bag-nya sendiri.

"Aku sedang sibuk sekarang. Enyahlah!" kata kakek itu sambil mencoba menendang arwah mengesalkan itu.

"Eits," tapi cepat Gyl mengelak, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Hmph!" Kakek Lharu mendengus dan tak berkata apa-apa lagi, ia langsung melangkahkan kaki untuk memberi Raja Gorila pelajaran.

Gyl menggeleng-gelengkan kepalanya. Dalam hati, ia puas tiba-tiba saja bertemu dengan seorang Rune Grand Master ketika ia sangat membutuhkannya.

Sedang Gyl tertawa puas, Kakek Lharu terus-menerus menggerutu kesal dalam hati.

Ia bertemu dengan arwah itu baru pertama kali ini, tapi ekspresi si arwah selalu membuat Kakek Lharu ingin menendang mukanya.

Kakek Lharu tak tahu kalau arwah ini sebenarnya adalah arwah yang membuat kuil Moon Temple-nya menjadi ciut dan dibuang oleh Lord Darinkha.

Jika ia tahu arwah yang mengerjainya adalah Gyl von Tiramikal yang membuatnya kabur, bagaimana reaksi Kakek Lharu saat itu?

***

<<PREVIOUS CHAPTERNEXT CHAPTER>>