Spirit Conductor: Book 2, Chapter 50



Chapter 50 - Bertaruh pada Satu Serangan Fatal

Tracker itu mendekat. Pertarungan tak dapat dihindarkan. Tapi Shira masih belum ingin menampakkan dirinya.

Di atas pohon ia bersembunyi. Ia bisa melihat Tracker itu berjalan pelan dan hati-hati ke arahnya, sesekali berlindung dan membaur dengan lingkungan.

Shira tetap diam dan mengamati.

Ia bisa melihat wajah Tracker itu. Shira pernah melihatnya di pasar Desa Badril, berjualan daging ayam setiap dari jam enam pagi hingga siang menjelang. Walau sebelumnya Shira tak memiliki impresi pada orang ini tetapi ia tahu orang-orang yang bergaul dan menghabiskan waktu di pasar, kemungkinan besar memiliki hubungan dengan geng-geng dan perkumpulan terselubung yang selalu meresahkan warga.

Mata Tracker itu menyapu sekitarnya. Ia bisa merasakan kehadiran Shira tapi skill ‘Detect’-nya tak mampu membuka lokasi musuh secara akurat.

Jadi mereka berdua tetap hati-hati. Adalah hukum tersirat bahwa yang menyerang terlebih dahulu lah yang akan dirugikan.

“Kabut Ungu, kasih tau aku, apa saja skill yang bisa kugunakan saat ini,” kata Shira dalam hati sambil menatap lekat sosok Tracker itu yang kadang-kadang sembunyi mencari perlindungan.

“Saat ini, ada dua puluh satu ragam skill yang ada di kepala Master. Empat skill pasif dan tujuh belas skill aktif. Tapi yang paling berguna saat ini adalah skill pasif ‘Water Flowing Style’, dan tiga skill serangan aktif ‘Open Wound’, ‘Mana Break’, dan ‘Stamina Drain’. Aku melihat potongan skill lain yang lebih unggul, sepertinya itu adalah skill gabungan yang Master ciptakan. Tapi aku gak mengerti mengapa Master menghapusnya?”

“Oh, yang itu. Itu produk gagal,” kata Shira menggeleng-gelengkan kepala.

“Sangat jarang sekali seorang petarung Novice seperti Master yang belum mendapatkan kelas apa pun memiliki skill sebanyak itu. Apa Gyl yang memberikannya?”

“Yap. Arwah Baik Hati yang kasih semuanya. Apa kamu yakin skill lain gak ada yang berguna saat ini?”

“Gak. Mereka cuma skill yang menghasilkan damage saja. Tapi jika dihitung keektifitasannya melawan musuh Master kali ini, skill-skill itu gak akan memberikan damage yang berarti ke musuh sebelum Master kehabisan mana.”

“Bagaimana dengan elemen kabut unguku? Apa ada skill yang bisa digunakan dengan memanfaatkannya?” tanya pemuda itu.

“Secara teknis, bukannya skill. Tapi karena Master sudah memahami tiga fungsi awal elemen kabut ungu, anggap saja mereka skill dasar sebelum Master menjadi Spirit Conductor. Spirit Conductor lain menyebut mereka ‘Conjure Minion’, ‘Mental Link’, dan ‘Conjure Image’.”

Kabut Ungu mengurutkan tiga skill buatan itu berdasarkan dari waktu Shira memahaminya.

“’Conjure Minion’, adalah kekuatan untuk menciptakan minion, makhluk kabut ungu. Momon adalah salah satunya. Saat ini Master hanya bisa membuat makhluk sederhana seperti Momon. Untuk menciptakan organisme yang lebih rumit dibutuhkan pengetahuan anatomi tentang makhluk yang Master ingin buat, wisdom dan mana yang cukup, serta tingkat kepekatan kabut ungu yang cukup pula. Saat ini kabut ungu dalam tubuh Master menipis setelah membuat Momon, tetapi satu-dua minggu akan regenerasi sendiri dan aku bisa memberitahu Master cara-cara untuk membuatnya lebih pekat setelah itu.”

“’Mental Link’, fungsi untuk menyambungkan pikiran dengan makhluk kabut ungu milik Master. Master bisa melihat, mendengar, dan memberi perintah kepada Momon, adalah fungsi dari skill ‘Mental Link’. Untuk saat ini, Master hanya bisa terhubung dengan satu makhluk kabut ungu saja. Tapi aku menghitung jika wisdom Master mencapai 100 poin, Master bisa terhubung dengan dua makhluk kabut ungu sekaligus.”

“Dan yang baru Master pelajari adalah ‘Conjure Image’. Kabut ungu menciptakan proyeksi. Mereka bukanlah makhluk kabut ungu, walau memiliki wujud dan massa, serta secara otomatis terhubung dengan ‘Mental Link’ tanpa batasan wisdom, proyeksi-proyeksi itu gak memiliki kesadaran sendiri dan juga memiliki durasi terbatas.”

Shira menyimak penjelasan Kabut Ungu dengan serius. Matanya juga tetap lekat ke arah si Tracker, yang sepertinya juga nampak masih ragu untuk menyerang karena belum tahu siapa musuh yang akan ia hadapi.

Jika Tracker itu tahu lawannya adalah seorang petarung Novice berlevel 8 seperti Shira, ia tak akan ragu seperti ini.

“Aku sekarang gak bisa menggunakan ‘Conjure Minion’ lagi?”

“Gak bisa. Kabut ungu di dalam tubuh Master terlalu tipis,” jawab Kabut Ungu dengan nada membimbing.

“’Mental Link’ untuk memerintah Momon... kalau dipikir-pikir lagi, Momon gunanya apa ya?”

“Di ingatan Spirit Conductor lain, gak pernah ada yang menciptakan minion seperti Momon. Jadi aku gak tau persis apa keunggulannya.”

“Jadi yang tersisa cuma ‘Conjure Image’. Aku gak bisa menggunakannya untuk tipu-tipuan seperti tadi kalau situasinya sudah begini.”

“Master saat ini ‘Conjure Image’ terlalu lemah. Proyeksinya memiliki hit point sekitar 50an, serangannya pun sekedarnya saja,” kata Kabut Ungu menjelaskan.

“Jika aku mengalokasikan mana lagi, apa aku bisa meningkatkan hit point-nya?”

“Persis waktu mengatur durasi seperti tadi ya? Seperti apa status proyeksi yang Master inginkan?”

“Yang bisa menahan dua kali serangan Tracker level 20an, durasi beberapa detik saja cukup.”

“Kalau begitu, Master bisa membuat lima proyeksi dengan jumlah mana Master.”

“Bisakah aku mempercepat pembentukan proyeksinya? Seperti, wuuush gitu. Langsung jadi dalam sekejap.”

Kabut Ungu tak langsung menjawab, menimbang-nimbang lebih dulu. “Mana yang dibutuhkan akan bertambah banyak. Jika Master bersedia mengorbankan setengah damage dari proyeksi yang akan Master buat, setidaknya mana Master cukup untuk empat kali menggunakan ‘Conjure Image’.”

Empat kali ‘Conjure Image’ berarti empat proyeksi. Shira menimbang-nimbang lagi seraya mengelus-elus dagunya dengan jarinya yang berkulit tipis.

Kemudian Tracker yang sejak tadi diamati oleh Shira mulai mengambil langkah lebar. Ia sedikit tergesa-gesa, tak waspada lagi seperti tadi.

Rupanya penculik itu memutuskan untuk menjadi agresif, berinisiatif mengungkap dan menyerang lawannya karena jika dibiarkan dalam gelap akan lebih merugikan untuknya.

“Ini waktunya,” kata Shira menelan ludahnya sendiri.

Tracker itu pun melemparkan pisaunya.

*suuush*

Ia tak tahu tepatnya posisi Shira, jadi ia menggertak sambil mencari kesempatan untuk berlari ke posisi yang lebih strategis.

*TUK!*

Pisau yang dilempar si Tracker menancap di pohon tempat Shira berada. Tapi sama sekali tak mengenainya, jadi Shira hanya jongkok tenang si cabangnya.

Tracker itu masih berlari menuju tempat semak belukar dan pepohonan yang lebat di arah seberang. Jika ia bisa sampai ke situ, maka ruang geraknya tanpa terekspos akan sangat luas. Terlebih lagi, jika musuhnya adalah petarung jarak jauh seperti Archer, berlindung di balik pohon-pohon dengan batang yang tebal akan menguntungkannya.

Shira juga tak ingin Tracker itu masuk ke tempat itu. Ia memiliki kesempatan terbatas jadi cara untuk mengalahkan musuh dengan level belasan lebih tinggi darinya adalah berjudi dengan taruhan sebesar-besarnya.

Taruhan sebesar itu, bisa dibilang nyawanya. Jika ia gagal, barangkali ia akan mati, dan gagal menyelamatkan Lyla. Jika itu terjadi, ia hanya berharap Keluarga Malikh mengirimkan bantuan sebelum terjadi apa-apa pada Lyla.

Taruhan sebesar itu, hanyalah satu-satunya cara Shira untuk menang.

Lawannya hanyalah Tracker biasa, namun Shira berharap si Tracker tak memiliki banyak pengalaman bertarung. Yang hampir mustahil jika ia adalah anggota geng-geng terselubung yang bermarkas di pasar Desa Badril.

“Aku harus membuka celah di pertahanannya, mempertaruhkan semuanya, dalam satu serangan fatal!”

Shira berencana untuk mengalahkannya dengan skill pemberontak yang diberikan Arwah Baik Hati padanya.

Skill yang tak disadari Kabut Ungu sebelumnya karena keunikannya tak melekat pada kesadaran dan memori Shira.

[Deadly Strike] – Rebel Rank Skill LVL 1 (0%)
“Sukses Critical Strike pada area vital musuh akan menyebabkan serangan mematikan!

Effect: Kesempatan untuk membunuh dalam sekali serang.

(Passive)

***

<<PREVIOUS CHAPTERNEXT CHAPTER>>