Spirit Conductor: Book 1, Chapter 8



Chapter 8 - Panggil Abang Arwah Baik Hati

“Mbak manis... apa kita pernah ketemu sebelumnya?”

Mendengar pertanyaan itu, terasa bulu kuduk Mama Ross merinding walau pun ia sudah mati menjadi arwah. Ia diam tak bisa langsung menjawab. Menghadapi tatapan nafsu itu, ia sama sekali tak berkutik. Jangankan memberi arwah mesum ini pelajaran, wanita yang biasanya elegan, angkuh, dan bermartabat ini bahkan tak berani menatap ke arah mata mesum itu. Dengan wajah lesu dan pasrah ia hanya bisa menatap ke bawah layaknya seorang gadis pelayan rumah tangga yang ingin dibawa ke kamar oleh majikannya.

Mata Merly berkedip beberapa kali tak percaya melihat sikap Mama Ross yang berubah jinak seperti ini.

Awalnya ia yakin sebagai arwah yang sudah hidup lebih dari tiga belas ribu tahun, Mama Ross sudah menjadi eksistensi tak tertandingi di antara makhluk halus di benua ini. Mama Ross tak akan perlu takut pada arwah lain. Tapi melihat perkembangan ini, ia masih tak percaya keadaan dan mengatakan dalam hatinya kalau ini pasti sedang bercanda.

“Tuan Arwah pasti sudah salah orang. Aku ini gak pernah sama sekali bertemu dengan Anda.”

Akhirnya Mama Ross membuka mulutnya. Pura-pura menjadi orang lain.

“Oh, tapi kenapa kok rasanya, hiss... kayak sudah kenal, gitu?”

“Paras aku ini sudah biasa dulu. Jadi mungkin gak heran kalau Tuan Arwah jadi salah orang.”

“Jangan panggil Tuan Arwah, ah! Pakai Abang Arwah aja!” Arwah Baik Hati menggeleng-gelengkan kepalanya. “Mbak manis... wanita seindah Mbak gak mungkin Abang Arwah ini salah orang. Abang orangnya bakal menaruh keindahan yang abang lihat dalam hati. Dan keindahan Mbak seperti kembang abadi yang gak bakal layu. Malah, melihat keindahan ini sekali lagi membuat hati abang berdegup kencang.”

Kata Arwah Baik Hati dengan nada lembut dan sambil memegang dada kirinya yang berdegup kencang. Arwah sama sekali tidak memiliki degup jantung lagi tapi hal ini tak berlaku untuk Arwah Baik Hati saat ia bertemu wanita yang membuatnya bersemangat. Shira hanya mendesah dalam hati melihat ini.

“Tapi sayangnya hanya karena keindahan Mbak tergambar terus di hati ini bukan berarti memori abang mau berkompromi, haahh,” kata Arwah Baik Hati menggeleng-geleng seperti tak bisa berbuat apa-apa. “Walau pun di hati abang keindahan dan paras Mbak gak lekang oleh waktu... tapi nama Mbak... ah! Abang tau kalau abang gak berhak untuk diingat oleh Mbak semanis ini. Tapi kalau sampai abang yang gak mengingat... maafkan abangmu yang membuatmu kecewa! Tiga belas ribu tahun, abang gak bisa berbuat apa-apa.”

“A... bang Arwah, aku benar-benar gak pernah bertemu dengan abang. Walau pun abang merasa mengingat seorang wanita aku yakin dia adalah orang lain.”

Mendengar Mama Ross tetap bersikeras tak mengenalnya, namun Arwah Baik Hati tak terlihat kecewa. Malah matanya bersinar-sinar saat ia mengingat sesuatu.

“Oh! Abang tau kenapa Mbak bersikap seperti ini! Sudah Abang jelaskan bukan, abang sama sekali gak ada hubungan dengan mbak Archer dari guild itu! Mbak Jeanna, apa lagi yang abang harus lakukan untuk melenyapkan keraguan di hati Mbak selama tiga belas ribu tahun ini?”

“Namaku bukan Jeanna...”

Mendengar itu wajah Arwah Baik Hati langsung terkejut.

“Haha... tentu saja bukan Jeanna. Mbak Ettha, abangmu ini cuma bercanda!”

“Namaku juga bukan Ettha...”

Senyum di wajah Arwah Baik Hati terlihat menjadi canggung. “Mbak... Dorothy?”

Mama Ross menggeleng. Masih menatap ke bawah erat-erat berusaha menyembunyikan wajahnya. Tapi hal itu sia-sia. Semakin arwah wanita itu menyembunyikan wajahnya, semakin Arwah Baik Hati penasaran dan mendekat ingin memeriksa wajahnya.

“Mbak Relya!!!”

Mama Ross menggeleng lagi.

“Mbak Kelly? Mbak Shely? Mbak Erwita? Mbak Lerina? Mbak Tarry...”

Mama Ross menggeleng, menggeleng, menggeleng, menggeleng dan menggeleng lagi.

Kemudian keadaan menjadi hening.

Saat ini, Merly melihat situasi ini, ia mulai mengerti. Ia mengingat cerita masa lalu Mama Ross, tentang seorang pemuda yang membantai regunya dan membiarkan Mama Ross hidup. Ia tak tahu pasti tapi entah mengapa saat ia melihat sikap penjahat kelamin tak tahu diri ini amarah yang meluap di dada Merly sama persis dengan amarah yang ia rasakan ketika mendengar cerita Mama Ross.

Tapi yang benar-benar ia tak mengerti adalah, kejadian itu terjadi saat Mama Ross masih muda dulu. Saat Mama Ross tumbuh dewasa, ia menjadi wanita yang sangat kuat sampai-sampai menjadi salah satu petarung terkuat di benua ini.

Merly tak mengerti mengapa Mama Ross yang memiliki kekuatan tirani seperti ini masih merasa takut pada seorang penjahat yang merebut kehormatannya saat ia masih muda dan lemah.

Kekuatan Mama Ross bukanlah hal yang dibesar-besarkan semata. Merly sudah membuat kontrak dengannya. Dengan membuat kontrak maka ia sempat melihat sedikit kenangan Mama Ross semasa ia hidup, dan menyaksikan pula kekuatan sihirnya yang mengangkat gunung dan membelah lautan. Bahkan sebuah sekte yang sangat besar dan kuat pun ia lenyapkan dengan tiga kali merapalkan sihir.

Bisa dibilang, semasa jayanya Mama Ross adalah seorang yang kekuatannya sangat ditakuti oleh para petarung dan ahli benua ini waktu itu. Bersama beberapa pilar lainnya ia membangun kembali benua yang tengah dilanda kekacauan, dan mengisi kekosongan kekuasaan saat sebuah dinasti kuno yang menjadi penguasa benua hancur waktu itu.

Tapi untuk seorang figur raksasa seperti itu, ia gemetaran oleh orang yang harusnya paling ia benci dan sedang bernafsu oleh tubuhnya saat ini.

Siapa sebenarnya arwah mesum ini?

“Mbak... abang yakin pernah mengenal Mbak entah di mana. Tapi melihat Mbak yang ketakutan seperti ini... hahhhh...”

Arwah Baik Hati melepaskan napas panjang.

“Kita bertemu, saat Kaisar Ying ke empat puluh dua sudah mati, bukan?”

“Apa yang abang maksud? Saat aku menjadi pelayan kerajaan, Kaisar Ying masih sehat di usianya yang ke tiga ratus tahun. Ia selalu meminum ramuan dari Grandmaster Alchemist Tong Hua dan masih gak mengecewakan istri dan sepuluh selirnya. Aku bahkan berteman dekat dengan salah satu selirnya, dia selalu bercerita tentang betapa sehat dan bersemangatnya kaisar. Kami datang dari desa yang sama. Tapi saat ayahku meninggal aku kembali ke desa untuk mewarisi kebun dan menikah dengan seorang pendekar silat dari Clan Jingjing. Sampai aku meninggal karena melahirkan, Kaisar Ying masih sehat sama sekali.”

Melihat Mama Ross sampai berbohong seperti itu, Merly yang sempat berpikir sesuatu sudah tak bisa berbuat apa-apa. Bukannya Mama Ross adalah seorang jenius waktu masih muda dulu? Dan tumbuh menjadi petarung hebat? Eksistensi yang hampir menyamai seorang kaisar? Di depan penjahat mesum ini, ia rela berbohong menjadi rakyat jelata...

“Waa, ternyata Mbak dari ras Ying. Tapi kok kulitnya gak kuning tapi putih bersih seperti salju. Hehe, jarang-jarang ada wanita dari ras Ying yang secakep Mbak.”

Arwah Baik Hati tertawa kecil kemudian lanjut berkata: “Tapi gak apa-apa lah. Kalau memang kita belum bertemu sebelumnya, eehhmm... abang pengen lebih mengenal Mbaknya.”

Ia melangkah mendekati Mama Ross. Setiap langkah maju yang ia ambil, pelan-pelan Mama Ross mengambil langkah mundur juga.

“Mbak manis, apa abang boleh tau... namanya Mbak?”

“Wang Luzhi...”

“Hehe, nama wanita dari ras Ying selalu indah dan elegan, gak mengecewakan sama sekali.”

Saat ini Arwah Baik Hati sudah tahu kalau arwah wanita itu tak ingin berada di dekatnya dan jika ada kesempatan ingin kabur dan tak akan kembali lagi di hadapannya. Tapi sebagai seorang pria sejati, dia tak akan kecil hati hanya karena masalah sepele seperti itu. Jika seorang seperti dia menginginkan seekor ikan, walau licin seperti apa pun, ia akan tetap mengejar ikan sampai dapat. Ia hidup dengan filosofi seperti itu dulu dan kematian tak mengubah sikapnya sama sekali.

“Mbak Luzhi, andai Mbak tau seberapa banyak kisah petualangan yang abang pengen ceritakan ke Mbak. Hehe. Mbak mungkin gak sempet tau ini tapi setelah matinya si Kaisar Yin itu, nama abang sampai mendunia ke mana-mana. Coba Mbak tanya ke rumput yang bergoyang, pasti mereka gak bakal tau ada orang yang lebih hebat daripada abang. Bahkan sampai generasi ini mereka semua masih menyebut nama abang walau mereka gak tau legenda di baliknya. Hehehe. Tapi kalau abang harus sebut nama abang di sini... ah! Abang jadi malu!”

Shira hanya menggeleng-geleng mendengar ucapan Arwah Baik Hati mengklaim sebagai orang hebat tanpa rasa ragu sama sekali, walau sebenarnya ia memiliki tebakan sendiri dalam hatinya. Merly juga memiliki reaksi, namun berbeda dengan Shira. Entah mengapa, dari ekspresi yang memberitahukan kalau Mama Ross mengenal orang ini lebih dari sekedar penjahat kelamin... klaim itu terasa tak seperti bualan sama sekali.

“Suatu saat nanti, saat Mbak dan abang sudah saling ‘kenal’ nanti, abang pasti akan memberitahu nama abang. Hehehe. Tapi untuk sekarang, Mbak boleh panggil abang Arwah Baik Hati.”

Mama Ross mengangguk. Dalam hatinya ia lega arwah bejat ini sudah tak bisa mengenalnya lagi setelah tiga belas ribu tahun. Tapi untuk wanita itu, wajah dan nama pria di hadapannya ini adalah nama yang tak bisa ia hapus dari ingatannya.

“Kalau begitu, abang Arwah Baik Hati, Wang Luzhi mohon permisi sebentar. Merly sayang, kita masih ada urusan, sebaiknya gak mengganggu abang Arwah Baik Hati dan Tuan Muda Shira.”

Dengan begitu Mama Ross mengajak Merly untuk kembali karena gadis itu sudah mendapatkan tujuannya untuk melihat seperti apa pemuda yang bernama Shira ini dan juga arwah yang menemaninya.

Tapi tepat setelah Mama Ross berbalik, Arwah Baik Hati melihat sesuatu yang membuat matanya berkilat-kilat dan tersadar akan sesuatu.

Sosoknya kemudian melebur bersama udara dan langsung bergerak seperti angin untuk menyerang Mama Ross dari belakang.

Sontak ketika Mama Ross mendapatkan serangan itu, ia terkesiap bukan main.

Refleks ia langsung berbalik dan mengeluarkan sihir bola api yang langsung menghantam tanah dan membuat kobaran api yang cukup besar. Tetapi sosok Arwah Baik Hati sudah tak ada di situ. Ia sekejap sudah berdiri beberapa meter di arah yang berlawanan dari tempatnya datang tadi.

“AAAAKKHHH!!!” Melihat serangan yang hanya berlangsung sekilas itu, Merly terkejut bukan main dan warna merah muncul di wajah mungilnya yang memanas. Shira tak bisa berbuat apa-apa jadi ia hanya bisa menepuk jidat.

Mama Ross, sang korban, ekspresinya membeku dan hanya bisa menatap udara kosong. Ia tak menyangka, di detik-detik ia membalikkan tubuhnya untuk menanjakkan kaki, Arwah Baik Hati masih sempat mengambil kesempatan untuk meremas bokongnya.

“Perasaan ini,” Arwah Baik Hati menatap lekat telapak tangan yang ia gunakan untuk menyerang Mama Ross tadi. Tampang mesum dan penuh nafsu sudah tak ada lagi di wajahnya. Ekspresinya datar dan nampak serius memikirkan sesuatu.

“Ross...”

Suara Arwah Baik Hati pelan terbawa angin. Ia mengingat sedikit wajah cantik dan elegan wanita ini dan ia sama sekali tak mengingat namanya, tapi ada satu hal yang membuatnya tak akan lupa bahkan sampai arwahnya lenyap nanti.

Saat Arwah Baik Hati menyebut namanya, Mama Ross hanya bisa meneteskan air mata...

Ada emosi rumit yang tersirat di tatapan mata Arwah Baik Hati. Hal itu bukanlah sesuatu emosi yang berkembang dari nafsunya, tetapi sesuatu yang menceritakan tentang konflik dan suatu penyesalan.

Untuk pertama kalinya Shira melihat ketenangan di wajah arwah itu.

“Ross,” panggil Arwah Baik Hati dengan nada mengambang.

Tapi mendengar namanya dipanggil, membuat arwah wanita itu semakin enggan tetap berada berdiri di sana.

Karena sebagai wanita, hatinya tak kuat lagi berhadapan dengan pria ini. Jadi ia mengusap air matanya dan memegang erat tangan Merly, kemudian berbalik dan pergi tak kembali lagi.

Arwah Baik Hati menatap bokongnya lekat-lekat.

“Ah, Ross! Sayang sekali. Ck, ck ck! Andai saja kejadian waktu itu bisa terulang lagi... ah!”

“Kenapa? Mas Arwah kenal arwah wanita itu?”

“Mn. Aku gak sengaja bunuh beberapa kakak angkatannya dari Glowing Sun Sect. Terus aku sempat saling ‘kenal’ sama dia. Tapi setelah itu para sepuh dari sekte sialan itu selalu menggangguku jadi aku lenyapkan seluruh isi sektenya kecuali dia seorang. Ah, aku pengen bawa dia pulang dan ‘kenalan’ lagi tapi sayang seperti kata orang, burung merpati kalau dideketin paksa pasti langsung terbang menjauh.”

“Jadi, intinya, dia itu musuh Mas Arwah Baik Hati?”

“Bah! Ngomong apa kamu bocah! Ross itu berjiwa emas. Lembut dan mulia hatinya! Dia itu wanita tercantik dan tersuci yang pernah kutemui. Bahkan melukai hewan pun dia gak tega. Apalagi memusuhi pria tampan sepertiku?”

Shira hanya melepaskan napas panjang melihat arwah yang satu ini. Kemudian ia berharap tak terjadi masalah apa-apa antara mereka berdua selagi berada di sini. Ia berjalan ke arah perpustakaan dan berniat untuk melupakan masalah ini.

Di koridor kediaman Yashura, Merly berjalan dengan arwah wanita yang mengambang di sampingnya.

“Merly sayang, sebisa mungkin kamu menjauh dari anak yang namanya Shira itu.”

Merly mengangguk mendengar ucapan itu. Ia tak perlu bertanya apa-apa lagi. Alasannya sudah jelas, arwah yang mengikutinya terlalu berbahaya.

“Jangan khawatir. Dia gak akan menjadi murid gurumu. Arwah itu gak bakal mengizinkan orang lain ikut campur dalam hidupnya, apalagi menyuruhnya membuat kontrak. Bisa dibilang gak ada satu pun orang yang bisa membuatnya masuk ke dalam fraksi apa pun.”

Merly mengangguk lagi. Jadi Mama Ross memang mengenal arwah mesum itu sampai segitunya...

“Jika ada yang mencari Mama, bilang Mama sedang tidur sampai dua bulan ke depan,” arwah wanita itu masuk ke dalam tubuh Merly lalu menghembuskan napas panjang.

“Dia mengenaliku... semoga arwah hewan buas di patung singa itu masih bisa terbangun. Orang itu, selalu membuat bencana kemana pun ia pergi.”

Kemudian hari yang menjemukan itu berlalu dengan tenang.

***

Keesokan harinya, di tempat yang sangat jauh dari Desa Badril, membentang luas padang pasir yang berwarna emas pucat tersinari cahaya bulan.

Ini adalah salah satu tempat yang dianggap berbahaya di benua Tiramikal. Terletak di perbatasan East Tiramikal Kingdom dan daerah kekuasaan Desert Mercenaries Alliance.

Hanya desa tingkat satu dengan kekuatan di atas rata-rata saja yang bisa bertahan di sini. Terutama desa yang menampung petarung-petarung buas dan perkumpulan mercenary kelas atas. Dengan lingkungan yang keras dan juga sebagai habitat munculnya monster-monster serta hewan buas berlevel tinggi, padang pasir ini adalah tempat yang sering digunakan fraksi-fraksi kuat yang mengadakan misi untuk berburu monster atau hewan buas tertentu.

Tenda-tenda itu berdiri lesu di dekat sumber air oasis yang sangat jarang ditemui di tempat kering seperti ini. Para petarung yang berkemah di sini memiliki ekspresi yang berbeda-beda. Ada yang antusias, ada yang bersenang-senang sendiri, ada yang malas, ada yang rindu rumah...

Namun ada satu orang yang memiliki ekspresi berbeda di wajahnya.

Matanya tajam seperti pisau dan membara-bara ingin melihat darah tumpah malam ini.

Ia sedang melumuri pedangnya dengan racun yang baru ia racik.

Pria ini bernama Jhuro Yashura.

“Kamu sudah tau mereka akan mencoba membunuhmu sebentar lagi, jadi kamu sudah gak sabaran pengen sapa mereka lebih dulu. Klasik sekali, haha!”

Ujar sebuah sosok yang berjalan ke arahnya sambil tertawa terbahak-bahak.

Cahaya rembulan yang jatuh ke wajah Jhuro yang tersenyum kepada sosok yang tertawa itu, adalah restu yang langit berikan untuk membawa bersamanya para musuh jatuh ke dalam jurang neraka yang tak bisa ia hindari malam ini.

***

<<PREVIOUS CHAPTERNEXT CHAPTER>>