Spirit Conductor: Book 1, Chapter 9



Chapter 9 - Tembok Itu Bernama Jhuro Yashura

Beberapa bulan yang lalu Tiramikal Merchant Guild cabang East Tiramikal Kingdom, mendapatkan pesanan dari sebuah fraksi besar di kerajaan lain. Rumor mengatakan, fraksi tersebut hanyalah wakil, pemesan sebenarnya datang dari luar Benua Tiramikal.

Kali ini Tiramikal Merchant Guild menerima pesanan yang di luar kemampuan mereka. Ribuan kelenjar racun monster dan kelenjar buas dalam gudang mereka tak cukup untuk memenuhi pesanan. Belum lagi beberapa macam bijih-bijih logam yang digunakan untuk membuat senjata berkualitas tinggi, serta inti-inti monster untuk bahan ramuan, artifact weapon, serta campuran bom, sangat sulit untuk didapatkan dalam jumlah yang banyak.

Ini adalah kesempatan bisnis yang langka bagi Tiramikal Merchant Guild. Dengan pesanan yang melimpah, mereka mendapatkan keuntungan yang lebih baik ketimbang tiga bulan melakukan bisnis biasa mereka.

Oleh karena itu, mereka tak ragu-ragu untuk membentuk beberapa regu yang terdiri dari beberapa petarung dan ahli dari fraksi-fraksi yang cukup memumpuni untuk membantu mengumpulkan bahan yang mereka perlukan.

Salah satu regu dikirim untuk menyelesaikan misi mengumpulkan inti monster kalajengking raksasa dan kelenjar racun ular padang pasir berbisa. Jenis-jenis monster tersebut adalah hewan buas yang memiliki level cukup tinggi, yang terlemah bahkan berada di lvl 32.

Regu tersebut terdiri dari beberapa petarung unggulan beberapa desa tingkat dua dan juga beberapa ahli bayaran dari desa tingkat satu. Dari Desa Hamphor sekolah Hatim Malakas dan sekolah Samolhy Estangerd mengirim hampir selusin sepuh kepercayaan mereka untuk berpartisipasi. Kemudian ada empat prajurit elit dari clan terkuat di Desa Devinyolk, Fireaxe Giant Clan. Clan ini mengirim petarung mereka lebih sedikit daripada yang lain namun karena keberingasan dan aura mereka yang nampak kuat serta wajah mereka yang kasar dan sangar, membuat mereka sangat disegani dan langsung memegang salah satu posisi penting dalam regu misi ini.

Memiliki posisi penting dalam regu kali ini akan memastikan upah yang lebih daripada anggota regu yang lain. Karena mereka bisa mengontrol anggota regu yang lain dengan kekuatan mereka, tak sulit untuk memanfaatkan hal ini untuk keuntungan pribadi.

Berikutnya ada Desa New Evershine Candy yang saat ini sedang dikuasai dan dimanajemen oleh Keluarga Blackwood yang memiliki hubungan dengan beberapa kerabat dan keluarga kerajaan. Di bandingkan dengan orang-orang brutal dan hanya mengacu pada hukum rimba seperti empat orang dari Fireaxe Giant Clan, Blackwood lebih bermartabat dan karena status serta koneksi yang ada di belakang tak sulit untuk mengamankan posisi pula.

Untuk desa tingkat kedua terakhir yang mengirimkan petarung mereka adalah Desa Hongzhi. Desa yang diisi mayoritas keturunan ras Ying ini cukup banyak mengirimkan petarung mereka dan hampir mengisi separuh personil regu tersebut. Ada tiga kekuatan seimbang yang di luar kelihatannya membentuk aliansi namun di dalamnya saling bersaing ketat di Desa Hongzhi. Mereka adalah Clan Wang, Clan Meng, dan Clan Chu yang fokus mengembangkan bibit khusus dengan kelas Martial Artist, Swordsman, Archer, dan Alchemist.

Kekuatan rata-rata ketiga clan ini sangat standar, namun karena jumlah dan beberapa tokoh yang hadir memiliki kekuatan yang tak kalah jika harus dibandingkan dengan Clan Fireaxe Giant, mereka juga mendapatkan posisi penting di regu tersebut.

Tapi kini tenda markas besar tengah diisi oleh orang-orang Blackwood. Dalam beberapa hari belakangan ini pengaruh petarung Fireaxe Giant Clan memudar serta seorang Martial Artist berlevel 48 yang merupakan tokoh terkuat dari Clan Meng di tempat itu mengundurkan diri dari jabatan memegang kendali jalannya misi tersebut dengan alasan ingin fokus berlatih dalam lingkungan ekstrem ini.

Alasan sebenarnya, karena Blackwood diam-diam ingin mengincar nyawa seseorang dalam regu tersebut. Target mereka adalah seorang petarung dengan kelas unik yang cukup kuat dan disegani.

Teman-temannya memanggil pria ini Jhuju. Tapi nama aslinya Jhuro Yashura.

Semua orang di kamp itu sudah tahu motif Blackwood. Siapa yang belum mendengar seorang gadis jenius muncul menjadi tunangan Keluarga Yashura?

Jadi ketika Blackwood menghambur-hamburkan uang untuk menutup mulut para petarung di kamp itu, mereka dengan senang menerimanya. Konflik antar keluarga bukanlah urusan mereka. Tapi tentu bakal ada pertunjukan seru untuk mereka lihat nanti.

Karena, tembok yang ingin Blackwood hancurkan, bernama Jhuro Yashura!

***

“Jhuju, jijik sekali lihat senyum kamu malam ini! Lagi sebentar kamu bakal mati, cobalah lebih serius sedikit menunggu malaikat maut!”

“Ozhi, kamu gak tega melihatku susah begini, makanya datang berkunjung malam-malam begini?”

“Bah! Macam apa pula kamu gede rasa begini!”

Pria yang bernama Ozhi itu melempar botol minuman kepada Jhuro. Ia langsung meminumnya.

“Aahhh! Ini minuman terbaik sudah!” seru Jhuro sambil mengusap air di sudut bibirnya.

“Hahaha! Ini minuman terakhirmu. Silahkan nikmati sampai lemes!”

“Hehe, Ozhi Tua Bangka, siapa yang beri tau kamu kalau aku bakal mengamuk malam ini?”

“Siapa yang kamu bilang tua bangka? Siapa yang kamu bilang mengamuk? Kamu? Haha! Mengamuk apaan, yang ada kamu ngambek gara-gara sudah gak ada lagi yang mau menolongmu sekarang!”

Ozhi benar. Tak ada lagi yang bisa menolong Jhuro sekarang. Kekuatan yang lain di regu ini sudah dibeli oleh Blackwood, mereka tak akan ikut campur serusuh apa pun kejadiannya ketika mereka mengambil nyawa Jhuro Yashura. Bahkan orang-orang dari Hatim Malakas tak bisa berbuat apa-apa. Jika mereka bergerak, sudah pasti petarung dari fraksi lain yang Blackwood suap akan mencegah mereka. Kalau mereka bertarung dengan para petarung itu, bukankah hal itu sama saja artinya dengan melawan fraksi yang ada di belakang mereka?

Jhuro tahu ketidakmampuan kawan-kawannya. Ia sendirian sekarang. Blackwood sudah mengeluarkan banyak uang untuk meyakinkan rencana mereka berjalan dengan lancar.

“Hmm, pasti si Tharu yang ngomong, iya kan?”

“Hahaha! Jhuju, andai saja kamu lihat Tharu bersujud-sujud di depan tendaku, Keluarga Yashura pasti bakalan malu habis-habisan melihat salah satu talenta dari keluarga mereka mengemis di kakiku. Hahahaha!”

Ozhi melepas sepatu dan mengangkat kakinya. Jempol keluar dari kaos kakinya yang bolong, ia hanya tertawa terbahak-bahak.

“Hmph! Tharu, bocah sialan itu. Masih saja dia sempat membuatku kehabisan muka. Apa dia gak tau kalau sebagian besar sepuh Hatim Malakas sudah ngantongin uangnya Blackwood? Apalagi tua bangka yang namanya Ozhi! Dia pasti menggunakan kesempatan ini untuk memeras Blackwood, hmph!”

“Blackwood lagi merasa kaya, cuma orang bodoh yang gak mau pungut uang yang mereka buang-buang!”

Jhuro Yashura hanya bisa tersenyum pahit dan menggeleng-geleng melihat temannya tertawa seperti orang gila ini. Malam ini ia akan mati, dan temannya hanya tertawa bahagia di atas penderitaannya.

“Jhuju, jangan khawatir. Aku bakal bawa pulang Tharu dengan selamat! Dia sudah hampir tiga puluh tahun tapi belum menikah. Ck, ck ck. Kasian aku lihat kalau dia ikut kamu mati kali ini. Muridku bakal sedih jadinya!”

“Oke, kamu janji bawa pulang Tharu ke Yashura. Blackwood cuma pengen nyingkirin aku, mereka gak bakal kejer Tharu kalau kamu mau usaha dikit. Tapi jangan bilang kamu pengen dibayar lagi, kantung emasmu sudah berat gitu bikin iri aja!”

“Hahahaha...”

Mereka kemudian berbincang tentang hal lain malam itu sambil minum-minum di bawah sinar bulan kebiruan.

“Hehe, coba dari awal kalian lepas aja si Bhela itu. Yang namanya cewek dari dulu kalau cakep pasti selalu bawa bencana.”

“Anakku di masa depan akan membumbung tinggi seperti naga di langit! Gak ada alasan untuk membatalkannya. Tapi kalau si Ghaga niat memutuskannya, apa boleh buat.”

“Hehe, aku dengar Ghaga masih ngotot sampai sekarang. Gak lama lagi Kepala Keluarga Malikh bakal ganti nama. Hehe.”

Ghaga adalah julukan ayah Bhela dari teman-teman dekatnya.

“Tentu, lah. Kalau dia nyerah cuma gara-gara cicak yang nyelip seperti Blackwood, berarti dia ngaku kalau dirinya itu banci!”

“Heh? Kayaknya ada udang di balik batu. Nyatuin Keluarga Malikh sama Yashura bukan alasan utamanya kamu nikahin anakmu itu, hmm?”

“Hehehe, kalau itu rahasia dari waktu kami muda dulu.”

“Apa gara-gara ramalan bola kristal dari makam penyihir Zurhatul? Atau ramalan kakek misterius yang kamu bilang waktu itu?”

“Ozhi Tua Bangka! Urus urusanmu sendiri!”

“Haha! Aku tau sekarang, sudah bertahun-tahun kalian tutup mulut tentang ramalan yang kalian lihat dari bola kristal itu! Apa ramalan itu tentang si Bhela? Hmm? Pasti gara-gara Bhela anaknya Ghaga. Sekarang semuanya pada ribut pas tau ada yang dapet kelas unik dengan empat elemental affinity muncul di East Tiramikal Kingdom. Bahkan klan dan sekte lain di Benua Tiramikal katanya juga pengen incer cewek itu. Tolol betul Ghaga kalau nikahin anaknya ke keluarga kumuh seperti Yashura, hahaha!”

“Hmph! Ozhi bangke, kamu gak tau apa-apa. Ramalan itu bukan tentang Bhela, tapi anakku, Shira!”

Pendekar pedang beracun itu mendengus kesal seperti anak kecil. Ozhi menjadi tambah puas mengejeknya.

“Bukannya anakmu cacat? Umur lima belas tahun tapi masih nyangkut di level 3? Itu bola kristal pasti konslet kalau kasih liat ramalan tentang anakmu!”

“Bilang aja kalau kamu iri tua bangka. Hehe, anakku itu istimewa bahkan sampai keluar di ramalan bola kristal. Orang misterius yang aku dan Ghaga temui waktu itu juga mengatakan sesuatu tentang Shira! Kalau gak begitu, mana mungkin aku sampai menjilat sepuh-sepuh yang sudah bau tanah itu buat dapetin ramuan untuk anakku!”

“Iya pasti beneran konslet. Jangan bilang kamu percaya ramalan bola kristal konslet? Si Shira istimewa? Aku sudah lihat rupanya mirip sekali yang kayak ikan mati. Dibuli orang aja dia gak mempan rasanya kayak ngejek-ngejek tembok. Ramalan itu jauh sekali sama faktanya.”

“Bangke! Kalau niatmu cuma cari masalah enyah sana!”

Jhuro melempar botol minuman yang dibawa Ozhi tadi balik kepadanya.

“Gitu aja marah. Hehe.”

“Kalau kamu balik lagi malam ini, pas mati orang yang pertama kuhantui itu kamu tua bangka! Siap-siap!”

“Hehe.”

Ozhi melangkahkan kaki dengan cengengesan besar di wajahnya.

“Oh, ya,” Ozhi sempat berbalik sebelum ia benar-benar pergi. “Aku lupa, tujuanku datang ke sini tadi, ah!”

“Ada apa lagi?”

“Kamu tau berapa yang koin emas yang Blackwood bagi-bagi? Kamu tau berapa yang aku dapat?”

“Masa bodo!”

“Hehe, uang yang aku terima kebanyakan. Kalau aku nikmatin sendiri nanti akunya yang gak enak.”

Ozhi melemparkan gulungan kain putih kepada Jhuro. Pria nomor satu Yashura itu dengan mudah menggunakan tangan kanan untuk menangkapnya.

Wajah kedua pria itu menjadi serius.

“Anggap itu barang yang dibeli pakai uangnya Blackwood.”

Kemudian Ozhi pergi dan tak menoleh ke belakang lagi.

Ketika Jhuro membuka gulungan kain itu, ia melihat sebuah kalung perunggu dengan permata berwarna hijau pudar. Sekejap ia mengenal kalung ini, matanya langsung bersinar-sinar dan tak sadar ia mulutnya sudah menganga lebar.

“Kalung ini...”

Jhuro Yashura melihat ke arah Ozhi temannya pergi. Beberapa saat kemudian, ia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mendesah napas panjang.

Saat ia mengenakan kalung tersebut, permata hijau yang pudar langsung bercahaya dan kalung perunggu tersebut berubah menjadi emas mengkilap. Permatanya pun langsung terlihat elegan memantulkan cahaya bulan.

Jika orang biasa melihat kalung permata ini berubah, mereka akan takjub tak bisa berkata apa-apa. Mereka sama sekali tak mengenal kalau ada kalung yang bisa berubah seperti itu. Tetapi Jhuro sudah mengenal benda ini semenjak ia muda. Kalung ini hanya ada satu di dunia ini, sebuah artifact yang tak akan bisa dibuat ulang atau pun diimitasi. Siapa pun yang mengenakan kalung ini, ia bisa menghindari kematian satu kali. Bahkan jika jantungnya robek, selama kekuatan dalam permata ini masih ada, ia akan memperbaiki jantung itu seperti sediakala.

Artifact seperti ini bisa dibilang sangat berharga bahkan untuk sebuah fraksi kuat di kerajaan ini. Ozhi mendapatkannya saat ia bersama Jhuro dan kawan-kawan lamanya secara diam-diam menjelajah makam seorang penyihir terkuat di benua ini dulu, penyihir Zurhatul yang konon dikabarkan menjadi tiran di benua ini selama tiga ratus tahun jauh sebelum benua ini berubah nama menjadi Benua Tiramikal.

Jika artifact ini adalah peninggalan Zurhatul, maka berapa pun uang yang diterima Ozhi dari Blackwood tak akan mampu untuk membelinya. Bahkan jika Blackwood menjual semua harta mereka.

“Ozhi tua bangka, aku sudah pasti mati sekarang. Buat apa nyawa tambahan dari kalung ini? Kalau kamu bilang Blackwood buang-buang uang, kamu malah buang-buang harta karun! Goblog!”

Tetapi Jhuro tersenyum tipis di wajahnya. Ozhi tak mungkin ikut dalam kericuhan ini nantinya, ia masih memiliki keluarga yang harus ia lindungi. Ia tak bisa membantu Jhuro ikut masuk ke dalam perangkap yang disiapkan Blackwood.

Jika ia ikut terlibat dan membantu Jhuro, petarung yang sudah disogok yang tadinya netral dan tak akan mengganggu rencana Blackwood juga akan ikut campur untuk menghalanginya. Jika ia tetap memaksa, maka akan pasti terjadi perselisihan dengan para petarung tersebut.

Bila itu terjadi, maka ia akan membuat musuh dengan fraksi di belakang mereka. Jika kau berbicara tentang Ozhi sewaktu muda ia akan menerobos dan membantai semua orang yang mengancam jiwa sahabatnya. Tapi sekarang berbeda, ia memiliki istri dan dua orang anak perempuan yang harus ia lindungi. Hatinya terasa robek setiap kali ia melihat senyum di wajah Jhuro Yashura malam ini.

Namun setidaknya, ia masih bisa memberikan artifact berharga untuk temannya Jhuro.

Apa ia takut Jhuro akan benar-benar akan membencinya melihat ketidakmampuannya dan malah memberikan benda yang paling berharga yang ia miliki?

Jhuro hanya bisa tertawa masam. Ia dan Ozhi sudah melewati banyak bahaya hidup dan mati dan sudah tak asing lagi saling mengandalkan satu sama lain untuk bertahan hidup. Ia tak mungkin membenci tua bangka itu walau pun mereka berada di dua kerajaan bermusuhan dan harus saling bunuh.

***

<<PREVIOUS CHAPTERNEXT CHAPTER>>